Translate Language of :
Home: R.I silahkan lanjut Translate bahasa asing Anda Chinese Simplified Korean Japanese Russian English French German Arabic Spain Italian Dutch

TAHUN BARU MAJAPAHIT VERSI HYANG SURYO



1978 Aliran Kepercayaan Masuk GBHN disinilah Hyang Suryo mulai berjuang mengembangkan Adat Majapahit, Karena Waisak dan Nyepi belum diakui dan tidak dimengerti di Jawa, yang habis penumpasan Orang yang tidak ke Masjit pada dibunuhi dicap PKI disinilah hyang Suryo mulai berkiprah, Tahun Baru Jawa yang legal adalah I Suro waktu itu dengan ngambil contoh Keraton Solo dan Jogja yang tetap merayakan Suro, di Jawa Timur pun digalakkan Orang Kejawen, Kebatinan, Islam murtad dll bergabung Tahun Barunya ber Suro ria kan sama dengan 1 Muharam dan malah Orang jawa tidak tahu 1 Muharam, belakangan Tahu Orang jawa Selalu merayakan Suro Tokoh Agama Islam pun yang anti Kejawen dulu malah ikut bikin Acara 1 Muharam dan mereka Promosi kalau Isuro sama 1 Muharam jadi Tahun Baru nya Arab, akhirnya belakangan Perayaan Suro jadi 2 perayaan satu untuk Orang Kejawen pakai Tumpeng Agung dan sesaji dan Wayangan yang satu Perayaan tanpa sesaji yaitu Zikiran, Terbangan, Samrohan { Imam Karyono Guru Terbangan / Samroh'an} Terbangan adalah Do'a sambil membunyikan Kempling / Kendang tipis khas Arab dan Imam Karyono lah Guru nya, bahkan muridnya banyak kenalan Hyang Suryo termasuk Anak nya Mat Kodhir, dia Kaget ketika Hyang Suryo memuji Kehebatan Sang Imam sampai Camat menyembah dan Nutup Pura Majapahit adat Kafir yang memang tugasnya membrantas adat Kafir termasuk Hyang Suryo, Si murid malah menyalahkan Gurunya yang nutup Pura Hyang Suryo teman Bapaknya {Mat Khodir} dan Hyang Suryo meredam bahwa itu Tugas Suci Allah jangan dimarahi, Hyang Suryo mengakui Kasihan masih ada Banyak Orang Jawa Kafir nyembah Leluhur, pada ke Makam bawa Toples air bunga, lha mereka kalau Nyekar Leluhur Majapahit kemana? dan diluaran tidak semudah itu bakar Dupa nyuguh Kembang jadi Hyang Suryo itu Pemimpin Orang Musrikin karena Hyang Suryo disebut Musrik jadi Umat nya Musrikin, termasuk Mat Kodhir yang jarang ke Masjit itu Dulu, mungkin sekarang ikut Karyono mengenal Allah? Anak Mat Khodir mendengar ini sampai meneteskan Air mata, "Tetap hormati Takmir Karyono gurumu itu, Kalau orang tidak menghormat Guru orang Kuwalat" kata Hyang Suryo pada Pemuda Putra Sahabatnya ini.



Untuk Perayaan Suro baiklah kita kutib Majalah Mangkunegaran Bahasa Jawa Sesuluh Mbangun tuwuh : UPACARA SURAN ING TROWULAN KIRAP PUSAKA : Riraya Suran Surya kaping 29/30 April ngantos 3 Mei 2002 ing Trowulan Mojokerto. Saben Kitha tanah Jawi Wetan sami ngintun kesenian tradisional, antawisipun : Reog Ponorogo, Jaranan, Jothilan, Barongsai, Leang Leong Juwara Nasional milik Klenteng Mojo Agung. Pusaka ingkang dipun Kirap antawisipun : Keris Singa Liman lan Nogorojo, kasumbul Tumbak Kiyai TUNGGUL MANIK lan TUNGGUL NOGO. Kirap wiwit saking Troloyo nuju dhateng Pandhapi Agung Trowulan. Panjanging kirap kirang langkung ngantos satunggal km. Samargi margi dipun pirsani ewon brayat ing Trowulan ngantos jejel uyel-uyelan arebat ngajeng. Upacara Kirap dipun jangkepi TUMPENG ROBYONG ingkang sampun matawis 500 san taun nembe menika, Tumpeng Robyong dipun angkut mawi pikap AG 7000 NZ milik Puro Mojopahit Jenggala ingkang dipun sopiri Bhatoro Agung Suryo Wilotikto piambak. Atas dhawuh para Sesepuh, tumpeng robyong kedah kalebetaken dhateng Candhi Kedhaton {SUMUR UPAS}. Anehipun mobil saged malebet dhateng SUMUR UPAS kanthi gampil. Sesampunipun Kadonganan dening Hyang Suryo, tumpeng kabekta dhateng Pendhapi Agung kangge rebatan ngantos ludes telas. 
PEMRED : Kanjeng Pangeran Sontodipuro MBANGUN TUWUH nguri nguri Budaya Jawi. 



Demikianlah kutipan Majalah Mangkunegaran tentang berita Perayaan Suran Hyang Suryo nyopir pikap AG 7000 NZ bawa Tumpeng dan Kirap Pusaka. Jadi Upacara orang Kejawen Suran, kemudian Nyepi pada awal nya Pura Majapahit sebelum ditutup malah Ngerupuk keliling Segaran bawa Obor, Waktu Nyepi 1927 sempat Wartawan "MOJOKERTO FM" meminta Hyang Suryo menjelaskan Nyepi secara on line, dimana Nyepi adalah Tahun Baru Majapahit dimana yang merayakan tinggal orang Bali, Tahun Baru Suro adalah perubahan Tahun Baru Saka ke Tahun Baru Jawa Islam yaitu 1618 Sultan Agung Hanyokrokusumo merubah Penanggalan Saka Majapahit ke Penanggalan Jawa Baru yang di sesuaikan tahun Arab 1 Muharam, ini membuat Orang makin tahu tentang Majapahit, yang hanya lestari di Bali,- baik kita salin POSMO EDISI 41 27 Maret 2007Makna Nyepi mengisyaratkan hubungan antara Bhuwana Agung dengan Bhuwana Ali senantiasa terjalin harmonis. Suasana atmosfer demikian harus dimanfaatkan sebaik mungkin, sebagai dasar dan semangat spiritual dalam menata negeri ini kembali mendapat kecerahan dan dijauhkan balak.


Hari raya Nyepi adalah perayaaan tahun baru Saka yang jatuh pada penanggal apisan sasih kadasa (eka sukla kesanga) sehari setelah tilem kasanga (Panca dasi kresna Paksa Caitra). Latar belakang sejarahnya adalah sa`at penobatan Raja Kaniksha I. Tahun baru saka mulai diresmikan pada penobatan raja Kaniksha dan dinasty Kushana pada tahun 78 Masehi. Adapun tahun caka di Indonesia. Di jaman dahulu, berdasarkan berbagai daftar prasasti hanya dikenal tahun Caka saja. Menurut Negarakertagama pada jaman Majapahit pergantian tahun Saka (Bulan Caitra ke Waisaka) dirayakan secara besar-besaran.



Hakikatnya adalah penyucian Bhuwana Agung dan Bhuana alit (makro dan mikrokosmos) untuk mewujudkan kesejahteraaan dan kebahagiaan untuk mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan lahir dan batin (Jagadhita dan moksa), terbinanya kehidupan yang berlandaskan satyam (kebenaran), siwam(kesucian)dan sudaram (keharmonisan/keindahan).


Sesuai dengan hakikat hari raya Nyepi, maka umat Hindu wajib melaksanakan catur brata nyepi. Sesuai dengan hakikat hari raya Nyepi tersebut diatas maka umat Hindu wajib melakukan Tapa, Yoga dan Semadhi. Brata tersebut didukung dengan catur brata Nyepi yakni;


  1. Amati Geni, tidak menyalakan api serta tidak mengorbankan hawa nafsu.
  2. Amati Karya, yaitu tidak melakukan kegiatan kerja jasmani melainkan meningkatkan kegiatan menyucikan rohani.
  3. Amati lelungaan, yaitu tidak berpergian melainkan melakukan mawas diri
  4. Amati Lelanguan yaitu tidak mengobarkan kesenangan melainakn melakukan pemusatan pikiran terhadap Ida Sanghyang Widhi.
Brata ini mulai dilakukan pada sa`at matahari "prabata" fajar menyingsing sampai fajar menyingsing kembali keesokan harinya (24 jam).


Jika dikaitan dengan perayaan keagamaan di Indonesia, hari raya Nyepi merupakan hari pergantian tahun Isaca Majapahit dan merupakan hari yang dirayakan dengan Tapa Brata selama satu hari satu malam oleh masyarakat keturunan Majapahit di Bali. Menurut penuturan Sri Wilatikta Brahmaraja XI. Ketua Puri Surya Majapahit Trowulan Mojokerto, umat Hindu sebentar lagi akan merayakan Hari Raya Nyepi yang jatuh pada tanggal 19 Mei 2007/15 purun 1929 Icaka Majapahit.
Hari raya ini sebenarnya adalah tradisi orang-orang Majapahit tempo dulu dan keturunan orang Majapahit yang berada di Bali sekarang ini dalam rangka menunggu datangnya pergantian tahun Icaka Majapahit.


"Hari Raya Nyepi ini bukan suatu ajaran agama Hindu yang dirayakan setiap tahun, tapi ajaran orang-orang Majapahit. Karena itu di India sebagai pusat agama Hindu tidak ada perayaan hari raya tersebut. Tapi di Bali dirayakan secara-besar-besaran oleh keturunan asli orang-orang Majapahit yang berasal dari Trowulan Mojokerto", tutur Ketua Puri Surya Majapahit Trowulan Mojokerto.
Lalu mengapa pergantian tahun Isaca Majapahit dinamakan hari raya Nyepi. Karena setiap diadakan perayaan, sejak dulu sampai sekarang selalu jatuh pada bulan peteng atau tilem. Dimana langit sedang gelap, bulan dan bintang tidak memancarkan cahayanya. Selain itu dikatakan Hari Raya Nyepi. Sebab, pada hari itu masyarakat Majapahit dulu dan keturunan Majapahit yang beragama Hindu di Bali dalam merayakannya tidak berhura-hura melainkan Tapa Brata di rumah, Pura dan di manapun berada baik itu secara bersama-sama maupun sendiri.


     PERENUNGAN DIRI
Kemudian Nyepi sendiri diartikan melakukan Tapa Brata dengan tidak melakukan berbagai aktivitas seperti tidak makan dan minum, menghidupkan api, menyalakan listrik, membunyikan musik, memasak, berkendara sepeda motor, mobil dan tidak melakukan berbagai aktifitas apapun yang sifatnya hura-hura.
Hal ini bisa dilihat di pulau Bali di mana suasana selama satu hari satu malam terasa sepi . Tidak ada aktifitas dijalan raya. Semua kegiatan berhenti, karena masyarakat sedang merayakan Hari Raya Nyepi dengan melakukan perenungan tentang arti kehidupan. Tujuannya supaya hidup tahun ini lebih baik dari tahun lalu dengan di restui leluhur Majapahit.
Inilah bedanya antara pergantian tahun Isaca Majapahit dengan tahun Masehi. Kalau tahun Isaca Majapahit dirayakan dengan Tapa Brata dengan melakukan perenungan, baik dilakukan secara kelompok maupun sendiri-sendiri dan menghadiri tempat-tempat sunyi. Tapi kalu pergantian Tahun Baru Masehi di rayakan dengan berhura-hura dengan menyalakan kembang api, meramaikan suasana dan menghadiri keramaian bahkan cenderung berfoya-foya menumpahkan hawa nafsu keduniawian.


Nah, jika dikaitkan dengan waktu sekarang dimana negeri ini berada dalam kesuraman, maka sangat tepat sekali jika Nyepi dijadikan sebagai acuhan spiritual. Diharapkan bangsa Indonesia untuk melakukan perenungan kembali selama satu hari satu malam. Guna melakukan koreksi diri dari kesalahan-kesalahan dan kebaikan. Sehingga tidak akan melakukan kesalahan-kesalahan lagi yang bisa merugikan diri sendiri maupun orang lain.


"Barangkali momentum Hari Raya Nyepi ini dapat digunakan sarana berdo`a kepada Tuhan agar bangsa Indonesia dijauhkan dari musibah di darat, laut dan udara serta bencana alam yang terus menerus, memakan korban nyawa manusia", tegas Sri Wilatikta Brahmaraja XI pada posmo.  **** Husnu Mufid/DANAR S.PANGERAN (wartawan senior)



My Blog List

Text Widget

Text Widget