Translate Language of :
Home: R.I silahkan lanjut Translate bahasa asing Anda Chinese Simplified Korean Japanese Russian English French German Arabic Spain Italian Dutch

DURGA PURA IBU MAJAPAHIT DIKEMBALIKAN


Ketika Pratima Durga Dipendak Rektor Universitas Marhaen / Mahendradata 26-09-2009 Lumpur Menyembur keluar setinggi 100 M di Gunung Dieng dimana terdapat Candi Semar / Sabdopalon, hari ini 30-09-2009 DR. Arya Wedakarna Rektor termuda di Dunia mengembalikan Pratima Durga Yang habis di Upacarai di Universitas Tertua di Bali dan Nusatenggara langsung Sumatra Barat diguncang Gempa 7,1 SR dan belum ada berita selanjutnya mengenai Gempa ini kita tunggu saja. Universitas Tertua ini dahulu bernama Marhaen, Karena di Era Orde Baru apa pun yang berbau Bung Karno di Haramkan, maka dirubahlah "MAHENDRADATA" sebuah nama indah, Beliau Adalah Ibu Nusantara yang melahirkan Prabu Airlangga Yang Pratimanya Berada didepan Ruko Puri Gading dan Pelinggih nya di GWK, Garuda Wisnu Kencana Patung Tertinggi Prabu Airlangga Raja Jawa Bali yang dimanivestasikan Dewa Wisnu Pemelihara Alam




Semesta Kepercayaan Hindu, Kerajaan - Kerajaan di Jawa termasuk Majapahit. Dewi Mahendradata sendiri dimanivestasikan Durga dan Banyak di Sungsung di Pura Pura di Bali khususnya Blahbatuh, Suaminya yaitu Prabu Udayana Manivestasinya belum jelas dan dipakai nama Universitas Udayana Bali. Sedang Prabu Airlangga juga dipakai nama Universitas Airlangga di Surabaya dan Paling nge Top saat ini. Sebuah Patung Batu Setinggi 3 M Prabu Airlangga menghiasi Musium Kadiri di Selomangleng Gunung Kelotok. Patung ini pernah di Kepruk / dihancurkan dan kini utuh tapi Banyak ditambal semen. Dalam Buku Sejarah Kadiri {Tan Koen Swie} disebutkan Sunan Bonang mengepruk Arca Durga di Kadiri, jelas ditulis Tangan / bahu kanan Sempal, Hingga kini masih bisa dilihat, Oleh Pemerintah R.I  Arca ini beberapa tahun silam diangkat dari Tanah dan diberi Pondasi 2M agar tidak dirusak tangan jahil. Bali bisa dilacak Arti Para Dewa Dewi ini, Bila Durga Manivestasi Ibunda Prabu Airlangga berarti Durga di Kadiri yang di Kepruk Sunan Bonang adalah Ibunda Prabu Airlangga, Lalu Arca Prabu Airlangga juga di Kepruk Yang juga Putra Durga apakah Sunan Bonang yang Ngepruk / Mukul dengan benda keras agar Arca Hancur masih diperlukan data. Memang Jawa sejak 500 berdirinya Kerajaan Islam rata-rata Arca, Candi, Tempat Leluhur dihancurkan. Tulisan, Lontar, Kitab Budha dll dibakar Orangnya Lari ke Gunung-Gunung, sekarang baru ketahuan Ke Lawu, Dieng, Bromo, Bali dll. Lalu Jaman Islam dibikinkan Mitos, Penduduk desa bikin Cerita Turun Temurun, Patung Durga di sebut Totok Kerot Putri yang Marah, mata melotot, Mulut Kerot kerot marah karena di Kepruk. Candi Patirtan Wilatikta, dinamakan Candi Tikus, Karena waktu di temukan banyak tikusnya.

     Demikianlah Karena 500 tahun ketidak tahuannya, ya begitulah "Ngawur" dan Pakar pun demi Agama Islam ikut Ngawur tidak berani sejujurnya, bahkan takut kalau sudah nyinggung Agama. Akhir nya Masyarakat tidak tahu menghargai Warisan Budaya nya yang Adiluhung, Kadang Penduduk masih Tidak lepas dari Adat Turun Temurun, Arca/Patung Kuna di Suguh da Bakari Kemenyan, hal ini membuat Berang Tokoh Agama Islam setempat. Aparat pun demi kesamaan Agama ikut melarang, 1965 Perusakan Penghancuran makin merajalela, dengan di Bunuh nya Orang Tukang Suguh Patung, dan Pelarangan / Pemberantasan Adat Nyuguh sangat Biadab. Peraturan Belanda Tentang Perlindungan memang dulu dipasang di setiap Candi Statblat 1921, tapi dianggap tinggalan Penjajah, Contoh Buku Tan Koen Swie YANG DILINDOENGI STB. 1912 No.600  FATSAL  11, dilarang beredar. Baru Awal 2009 Pura Ibu dikirimi Cicit Tan Koen Swie Bahwa Buku Kakek Moyang nya jadi "SEJARAH KADIRI" yang diakui, Belanda saja ngakui masak Kita tidak ngakui, Orang Jawa ber Otak Arab 500 tahun yan lalu jelas tidak ngakui bahkan dituduh melecehkan Islam terbukti pernah dilarag terbit. Negri ini memang Aneh Arab yang penduduknya Ratusan ribu, Oman malah 35.000 orang. Babu dan Budak Indonesia Banyak.  Jadi ironis kita dikalahkan 50.000 orang Arab Penduduk kita hampir 300.000.000,- Aneh tapi Nyata bahkan kita setor Trilyunan Dana Naik Haji, lha itu itu oleh Emir Emir Arab dikembalikan ke kita 1% untuk biayai Pesantren dan Teroris {Metro Rialitas Pagi} jadi kita biayai Teroris ya Uang kita tapi di  Bati/Entit/korupsi Arab. Yaah lucu juga. Mangkanya Ali Orang Arab yang di tangkap Densus 88 Kaya sampai Tabungan Pedagang Sayur di Transfer 2 .000.000.000,- [2 Miliyard] tapi bukan untuk sipemilik Tabungan tapi untuk Nge BOM .

     Kembali Sejarah bukan laptop, Untuk belajar Ilmu Kadewatan ya Tinggal Bali itu di Gedung Kertiya Musium Buleleng, bisa cari Arsip tentang Sejarah, termasuk Sutasoma, kenapa ke Gedung itu? Lha Anda bisa Milih sesuai Kehendak, sebab Pakar di luaran sudah di Program untuk menjelaskan Agama Hindu, Sulit dijangkau Teori nya apalagi Lulusan Perguruan Tinggi, yang dijelaskan hasil di Perguruan Tingginya apa Tujuan dan Fak nya., contoh di Kejaksaan dulu waktu Seminar Santet 1983 di Jember Kepala Kejaksaan Bpk. Simanhadi Wah Ahli bener dalam Hukum Majapahit, Beliau Apal Pupuh Pupuh nya "Bilamana Orang menyepyurkan Beras Kuning , Menulisi Tengkorak, Orang ini berbuat Tenung Maka bisa dihukum Mati olah Raja Yang berkuasa" ini cuplikan dan tidak lengkap mungkin di lain blog ada itu Hukum Majapahit. Jaman Majapahit Nyantet di hukum Mati oleh Raja, jadi aman. Lha Film sekarang seolah olah Orang Hindu indentik dengan Dukun, ilmu hitam dll. Sampai Film Mak Lampir pembukaannya Patung Durga Tangan 4 Jatuh rebah hancur ditimpa Batu, Jadi Hindu simbulnya Mak Lampir, Kyai Ganteng jubah putih / Islam bak pahlawan menumpas Kejahatan. Bayangkan Patung Dewa yang dipuja di Pura Pura dilecehkan demikian pada diam, Buta barangkali malah ikut nonton. Inilah ketidak tahuan, 500 tahun kena Kibulan Arab. Bali pun Era Orde Baru banyak perubahan. Para Soroh mulai mencari Lontar nya di Gedung Lontar Kertiya tersebut ini baik sekali, tiap Soroh mengerti Asal Asul, akhirnya ke Majapahit juga atau Kadiri, Daha, Jenggala, Kahuripan dll. jadi Majapahit akan tetap bisa menyatukan, Turunan Arya Kenceng / Soroh Kenceng, Soroh Arya Damar , contoh Puri Anom Gusti Panji Turunan Arya Kenceng ngundang Nyejar Pusaka Majapahit, Gusti Madan turunan Arya Damar Puri Sunantaya membuatkan Hyang Suryo rumah, dan Pelinggih,

     Jadi Majapahit di terima setiap Soroh, Bali Mula Dewa Putrnata juga Ngundang, Buku Pura Tuluk Biyu menybutkan "Sira Mpu Galuh saking wit Majapahit" Kasogatan Mpu Galuh masih ada sampai sekarang yaitu desa Megaluh, ada runtuhan Candi, Telaga dll, Tapi penduduk nya Islam semua. Patung Prabu Airlangga ada juga di Musium Trowulan dari Batu  setinggi 2M, ada lagi Koleksi Mantan Wapres Adam Malik Patung Batu yang kokon lebih Pas ukuran Candi Jolotundo. Jadi Prabu Airlangga dimanivestasikan Wisnu Ibunya Mahendradata di Manivestasikan Durga di Bali Anak dan Ibu, lha di Kadiri sekarang? Airlangga sendiri, Ibunya Totok Kerot. jadi kalau Versi Bali yang adat nya belum diobok obok Isam , masih bisa dilihat praktek praktek di Pura , Jadi Jelas Durga / Mahendradata ibunya Prabu Airlangga Wisnu. Di Kadiri Tempat Prabu Airlangga malah Durga disebut Totok Kerot seorang Raksasa mencintai Prabu Airlangga, ini sama dengan Sinetron Sangkuriang mencintai Ibunya. Juga Sinetron Mak Lampir, pembukaannya Patung Durga Roboh Hancur tertimpa Batu se olah olah Lambang kejahatan, ini jadi Tontonan tingkat Dunia [karena Parabola] dimana Durga yang di Sungsung di Pura Pura sebagai Manivestasi Dewi Mahendradata di simbul kan Mak Lampir, inipun Tokoh Hindu Diam semua malah nonton dan ber sorak sorak,

     Pemuda Jubah Putih Islam seolah menumpas Kejahatan. Padahal Hukum Majapahit "Barang siapa menebarkan Beras Kuning dan menulis di Tengkorak itu adalah perbuatan Tenung dapat dihukum Mati Raja yang berkuasa" jadi Hukum Jaman Majapahit Orang Nyantet di Hukum Mati Raja, ini banyak tidak di ketahui. Hukum ini pernah di seminarkan di IKIP tegal Boto Jember di Hadiri Bapak. Bimantoro [belakangan KAPOLRI] , Kejaksaan Jember Ahli HUkum Majapahit Bpk. Simanhadi, Prof. DR. Sihombing Ahli Bedah untuk pembuktian Santet, Hyang Suryo Pura Majapahit dan Pakar-Pakar, Mahasiswa yang membahas KUHP agar di sesuaikan Hukum Majapahit, Yang bisa menghukum Tukang Santet. 1983/1984. Jadi ketidak tahuan Kehebatan Hukum Majapahit, Orang bebas bikin Sinetron, Pidato Atas nama Agama Islam dengan Hukum Arab nya, menjelekkan Majapahit yang Kafir. Seolah Yang sekarang disebut Hindu mesti diasiosasikan Kejahatan, Dukun, Santet dll. Bali yang konon Banyak Pakar Teori Hindu pada berkutat membahas Teori Agama seperti Siwa Sidanta, Weda Kehebatan India, disisi lain Simbol Durga dijadikan Bulan Bulanan Sinetron Mak Lampir tidak tahu. Pura Ibu Majapahit Salut atas Darma Wacana Prof. Drs. Subagiasta yang juga sempat duduk bersama di Pesamuan Agung bersama Hyang Suryo, Dikatakan Beliau Tentang Lingga Yoni simbul Purusa dan Predana Atau Leluhur, ini sangat Pragmatis Sebab kebetulan Pura Ibu Majapahit memang memuja Leluhur, Dengan Lingga Yoni sebuah Ajaran Kuna tentang pemujaan Leluhur mudah di terima daripada ber tele-tele Teori Agama yang sulit dimengerti Orang Kecil, Darmawacana Prof. Drs. Subagiasta dalam Upacara Ngenteg Linggih, Odalan dan Caru di puput Tri Sadaka ini sayang tidak dihadiri Amplik Ketua PHDI Kuta Selatan Yang menuduh Pura Majapahit tidak memakai Adat Hindu Nyukat Genah dan Caru, disisi lain PHDI Prof. Drs. Subagiasta mengakui, maka sah lah Candi Lambang Lingga Yoni ini, Apalagi sudah dipuput Ida Pedanda Siwa, Buda dan Bujangga {VCD nya Ada] dari sini Jelas Bahwa Candi adalah Setana Leluhur Bhatara dan Bhatari lha banyaknya Leluhur Dari Bapak Ibu , Embah, Buyut, Sanggah, Sanggah Wareng, Udeg Udeg, Gantung Siwur, Kropak Sentre, Dadung Kawuk akhirnya ke Dah Hyang. di simbolkan Lingga Yoni [Simbol Kemaluan] Purusa dan Predana. "Ouw, bener kita semua punya Mrajan Kawitan Leluhur Lingga Yoni" kata Donal penduduk belakang Pura Ibu " Kalau Orang lain Darmawacana saya kurang ngerti terlalu banyak teori, kalau Lingga Yoni ngerti, anak saya tahu juga" imbuh nya memuji sang Profesor Ganteng ini. Sebab Orang Bali "Mula Keto" Acara Odalan, Caru dll di beri Teori apapun tetap jalan karena sudah dilaksanakan Turun Temurun sejak Jaman Majapahit maupun sebelumnya.

     Darmawacana ini sangat bagus bagi Orang Jawa kebetulan banyak yang hadir, Mereka simpel yaitu Majapahit Muja Leluhur lingga Yoni dan Prof. Drs. Subagiasta dari PHDI ngakui, tanpa diceramahi Agama Hindu. Durga pun simbul Ibu / Predana / Yoni. Jadi praktek Pura Majapahit sebenar nya simpel saja Siwa-Buda / Leluhur, Siwa Bapak / Purusa / Lingga sedang Ibu Buda ? Predana / Yoni Ada yang tanya lalu dijawab Agama Siwa Sidanta dll akhirnya "Joko Sembung Naik Skuter, Muter Muter Enggak nyambung" kata Gede Prama. dari Sejarahnya Sri Wilatikta Brahmaraja kawin dengan Putri Cina Dara Jingga persatuan Siwa dan Budha [Putri Cina beragama Buda] turunannya muja Leluhur Siwa-Buda jadi jelas tidak muter muter. Di Besakih pun ada Dua Pelinggih Meru Tumpang XI Brahma Wisesa {siwa} dan Meru Tumpang III Ratu Mas Magelung {Budha} Meru Lingga dan Meru Yoni.

GEBYAR MISTIK 2000 Majalah LIBERTY di HOTEL SATELIT




Pagi yang cerah kala itu tahun 1996 Suasana Sanggar Suryo Kencono yang juga disebut Pura Wilatikta {Rumah Pak Hyang Surya Wilatikta} terdaptar di DEKDIKBUD Kodya Surabaya. Atau lebih Keren "Pura Majapahit Keprabon" sedang asik Para Sesepuh ngumpul latihan Gamelan untuk hiburan Tangan-Tangan tua keriput memainkan Alat musik Kafir yang sudah Langka, Adapun seorang Pemuda bernama Lido membawa Dokar mengantar kan Kendang, Kolintang dll, "Untuk Sanggar Yang, ini dirumah nganggur tidak dipakai, dimakan rayap, disini kan banyak Para Mbah bisa main", demikian suasana Sanggar seni Suryo Kentjono Kuno ini. Tiba tiba muncul Orang mirip "Semar" dalam pewayangan, dan beberapa Pengawalnya, Orang ini Mengaku dari Majalah Liberty dan sebagai Panitia "GEBYAR MISTIK 2000" sambil menyerahkan Undangan Resmi dan menjelaskan Acara Gebyar, Tokoh Spiritual Semar ini ikut Nimbrung ber Sila di Pendopo Sanggar, sambil sesekali tangannya mengutak atik Senar Siter [alat musik jawa mirip gitar], " Lho kan tahun 2000 masih lama? kok judulnya sudah 2000, ini kan 1996 ?" kata Hyang Suryo sambil memegang Undangan Yang sangat Keren waktu itu, dijawab " Menyongsong Yang, kita ini akan memasuki Dunia Mistik tahun 2000 mendatang, mari kita Perkenalkan Budaya Majapahit yang Adiluhung" kata sang Semar yang Jeprat Jepret dengan Kamera Raksasa [besar] yang dibawanya. "oh Ya, saya minta kalau ada Foto Kuna mau saya muat di Majalah" pinta nya kepada Hyang Suryo. Turunan XI Bhatara Daha Brahmaraja ini mencari, membongkar Album lama, Kemudian menyerahkan beberapa Foto, Sambil melihat lihat Foto Priya berwajah Semar ini tiba-tiba Geblag seperti Orang Kesurupan, Mata nya melotot, sambil menuding Foto " Ini Nogo Sosro, Nogo Sosro Keris se Ratu Nojopaet..." semua terperanjat dan bingung ikut melihat Foto yang di pegang Ahli Metafisika / ilmu Gaib ini, Ternyata Foto kuna sudah mBulak / luntur itu tergambar Hyang Suryo memegang Keris masih didalam Werangka dan belum di hunus Keris itu mengeluarkan Gambar Naga Bermahkota, ukuran nya 3R jadi kalau tidak melotot, tidak kelihatan gambar naga nya, Priya Wartawan dan jeli memegang Foto tiap hari, Kebatinan nya Tinggi juga bernama "Semar Soewito" maka dapat melihat foto 3 R dengan jelas, Foto itu dipinjam dan di Reproduksi juga dibesarkan {kini juga dapat dilihat di PURA IBU jimbaran}, Akhirnya Sebelum Gebyar Mistik Majalah Liberty menyiarkan akan Ada Pameran Majapahit. dan Pura Majapahit akhirnya memamerkan Pelinggih Padmasari tempat Leluhur Ratu Mas juga Pusaka  Pusaka Majapahit. Dalam Pameran Banyak pengunjung bahkan dari India minta Tirta Pelinggih Majapahit, Bahkan Ada Orang KNPI bernama Andi Matalata Sakit, ketika Minum Tirta Pura Majapahit sembuh, tak lama Jeep Wilys Hyang Suryo Hilang dari Depan Lobi Hotel ternyata di curi untuk di service di Bengkel oleh beberapa Pemuda Pancasila diantaranya bernama Rony, mungkin suruhan tokoh KNPI ini karena sembuh dari sakit nya. Juga Keris Hyang Suryo sebagian di cuci Mpu yang dipercaya nyuci Pusaka Bung Karno, Bahkan salah satu Keris Hyang Suryo bisa menghidup kan Lampu Neon tanpa trafo / neon panjang dari kaca, Om Hongci Pendeta Bun Bio penasaran langsung memegang sendiri Keris dan menempelkan Neon nya menyala, Hal ini ilmiahnya keris mengadung bahan Titanium dan Uranium jadi ada Aliran Listrik nya, tapi tidak semua keris, juga bahan Pamor dari Meteorit, besi jatuh dari langit berupa Sinar, dikejar oleh Mpu untuk Pamor. Juga Raja Kelantan hadir lihat Pameran dan kluarganya. Pameran diisi Seminar-Seminar Keris, Tasawub, Sabdopalon dll. Dalam Pameran juga ada Penjual Batu Permata, Jin, Jimat dll. 1996 lagi Ngetren Orang jual Jin diimport dari Irak dan dijual bebas, Waktu itu Hyang Suryo melihat ada Batu bergambar Macan " Berapa ini " tanya Hyang Suryo yang dijawab 15 juta, Hal ini diketahui Oleh Drs. Wahyu Susilo Pemilik Hotel Satelit yang masih Teman Hyang Suryo di SMA Petra, Entah dibisiki apa Penjual batu itu sering mendatangi Hyang Suryo di Stan Pura Majapahit, Batu Gambar Macan itu diberikan Hyang Suryo tapi ditolak " Harganya kan mahal, jual saja kalau diberikan saya untuk apa? saya jarang pakai Kalung atau cincin, tadi cuman nanya kok.." Demikianlah cerita Gebyar Mistik Majalah Liberty dan sangat Sukses mendapat perhatian Dunia hingga Hotel Satelit pun ikut sukses Banyak Delegasi Cina yang menginap. Pelinggih Ratu Mas akhirnya di Cor di Halaman Hotel tingka 4, dan banyak di beri Sesaji, kusus Jum'at Kliwon banyak Pegawai membuat Tumpeng di Pelinggih ini juga tempat Sembah'yang Pegawai yang Hindu, Ketika Pura Trowulan di Tutup 2001 Hyang Suryo pun banyak tinggal di Hotel ini untuk menerima Tamu, Karena Trowulan kalau ada Tamu diseret Keluar Karyono Imam/Takmir Masjit Cempo. Juga Mangku Genden diselamatkan ke Hotel ini ketika ke Trowulan tidak tahu di tutup,  Demikianlah Mungkin ini Pameran Pertama ada Pelinggih Tempat Leluhur di Pamerkan [Harga Pelinggih waktu itu di Bali rp'15.000,-] dengan 15.000,- bisa memberi Petunjuk Adat Majapahit bahwa beginilah Tempat Roh Leluhur, Rumah Kecil Berdiri. Tidak ada Mayatnya tapi Roh nya di linggihkan di Pelinggih dan ini tahun 1996 , Hyang Suryo berjuang memperkenalkan tempat Leluhur nya, untuk Bali tentu nya Aneh Pelinggih kok di Pamer kan, cukup di jajar di Kapal, lha kalau sudah di Cor kan tidak bisa dipamerkan?, inilah kita perlu sedikit menyimpang adat Bali, Karena di Jawa sudah dikuasai Adat Arab, tidak kenal budaya sendiri, diperlukan kiat Terobosan seperti Pameran Pura Majapahit Lengkap dengan Pelinggih, Nyatanya Pelinggih ini hanya Pameran, Yang Jalan Pratima nya Pelinggih bisa Hancur, pindah, Tapi Pratima tetap Pratima, di Bali Pura Hilang Pratimanya Odalan Batal. Jadi Pameran Pelinggih, tapi di beri Pratima lalu Orang minta Tirta kan boleh?, sekarang ya tidak Pameran Pelinggih lagi, kan sudah ada Pura Ibu Jimbaran? Pelinggih Trowulan di tutup tidak boleh upacara, Upacara, dan Pratima nya pindah Bali, dibuatkan Candi /Pelinggih. lalu di Odali, Masud mememerkan Pelinggih supaya Orang Jawa tahu itu tempat Leluhur dan tidak dihancurkan, Tapi kuat nya Adat Arab yang anti Leluhur, mereka tetap buat cara supaya Pelinggih tidak ada di Wilayah mereka dengan segala cara. Jadi Jawa otak Arab ini malah sangat Mengerti tentang Pelinggih, Tapi pura-pura tidak mengerti dan menghancurkan, demi kelestarian adat mereka, Orang Jawa tetap dibuat tidak ngerti Kawitan, akhirnya nasibnya Susah, Jadi Budak ke Arab, pulang mati, di tolak oleh Tanahnya, Panen gagal, Kurang air , Bencana dll, dan Arab tertawa kita dikutuk Leluhur sendiri tanpa susah susah menumpas Bangsa ini mereka tinggal menguasai, Bukti Metro rialitas pagi jam 4.15 30-09 menyiarkan Riwayat Ali orang Arab yang ditangkap Densus 88, Emir Emir membiayai Pesantren, Teroris untuk menguasai Negri ini, kita harus hati hati, tapi ya jangan mimpi, kekuatan Arab sudah ngoyot, mendarah daging, sampai Orang Jawa rela mati Bunuh diri nge BOM karena begitu mati disambut Bidadari. Demikianlah Tulisan ini sebenarnya Berita lama, Heboh 1996 Majalah Liberty. [Dikumpulkan dasadur ulang Noko Prawiro yang habis keliling jawa Melacak Hyang Suryo dibantu team ahli, saksi dll] ini peristiwa umum yang datang melihat Pameran banyak yang masih hidup, dan di terbitkan lagi di Blog ini agar Dunia mengetahi Siapa Hyang Suryo yang ber Abiseka Sri Wilatikta Brahmaraja XI, bagaimana Kiprah nya berjuang untuk mengajar Orang  salah dan benar tentang Budaya nya sendiri yang bukan import dan di Kagumi Dunia seperti Bali melestarikan Adat Majapahit di Kagumi Dunia, Jawa melestarkan Adat Arab, ooou Kasian, ya memang hak asasi Tanah diperas hasilnya untuk naik Haji ke Arab, padahal adatnya di Kritik Dunia Islam, itu Rumah Nabi Muhammad di Hancurkan dijadikan Mal, takut di Kultuskan / di Puja / Dihormati karaena tidak boleh memuja apapun selain Allah. Dan kita Bangsa Besar "Ajining Bangsa Saka Luhuring Budaya" Tulisan Aslinya aksara jawa jarang yang bisa baca "Hajining Bongso Soko Luhuring Budhoyo" dihargainya Bangsa oleh Dunia itu dari Keluhuran Budayanya, Budaya Arab apa? Perang, Mengkafirkan Orang, Nge Bom, Emir Emir Arab membiayai Pesantren dan Teroris, Agar Orang tetap Goblog/Kempel mikirin tulisan Arab. " TV TV se Indonesia tu Kalau Solat Mahgrip ditayangkan Tulisan "Tiada Tuhan [Bahasa Indonesia] Selain Allah [Bahasa Arab] Ampuuuun Mak, Kita Merdeka, ada Sumpah Pemuda berbahasa Satu Bahasa Indonesia Kok kalah sama Bahasa Arab? itu Ustad Roi Malang Sholat Bahasa Indonesia di Tangkap, hwaduh,  Bung Karno Pendiri R.I penggali Pancasila pun Tumpas sampai pengikut nya laku Ajaran nya, Buku-Buku nya dilarang, mangkanya Arab dengan bebas menjajah Negri ini, pikir dan Renungkan Tulisan Tentang Pura Majapahit Yang Dilarang, padahal sudah berjuang mengenalkan Budaya nya untuk agar Bangsa ini Diayomi Leluhurnya yang Tulangnya luluh lantak menyatu dengan Bumi Nusantara ini bukan Arab. Kasian Mereka Menciptakan Pancasila, Persatuan, Kerukunan dan tidak bisa disebut satu persatu, hanya untuk dihancur kan Adat Arab, Pura Majapahit Menyatukan banyak Tokoh Tokoh Islam Indonesia Yang lahir dari Ibu, bukan jatuh dari langit, Bangsa kita Muja Ibu Pertiwi, ke Pura Majapahit Leluhurnya sendiri, kok di tumpas/dilarang  Arab? Kita punya AL, AU, AD, POLRI masak kalah segelintir Arab 500 tahun yang lalu jaman Perang Salib, bisa nya ngadu domba Mengkafirkan / membunuh / sesama islam karena bukan aliran Arab, Sadarlah Orang Indonesia ini jaman maju kok Otak tidak digunakan? Mau nganut Agama apa kek pakai adat kita, tanah subur makmur, orang nyuguh kembang Arab marah "Apa in?" ya kita maklum Arab tidak ada Kembang, Jangan Bangsa dan Aparat Negri ini ikut Ngelarang, tinggal saja di Arab tu di bawah Jembatan, wanita nya pulang mati. [berita TV]

MEMEBERI PENJELASAN TENTANG BUDAYA SENDIRI





Balai Desa Kebraon di Kecamatan Karang Pilang Yang terkenal Produksi Genteng nya sejak Jaman Belanda, juga sekarang Terkenal dengat Pusat Marinir TNI AL nya, suatu malam di tahun 1988 hiruk pikuk, Para Ketua: RT, RW, se Desa, Tokoh Masyarakat bergerombol ngambil ngambil makanan kecil, diantaranya Ketua Fraksi Golkar Drs. Matadjit, Sutikno Ketua RW dan Bpk. Ansor Ketua RT, ini khusus membawahi Punden Mbah Ireng juga Kepala Desa Letda Drs. Haryono dll. Acarapun dimulai, Camat, DDRD, Lurah dll duduk di mimbar Balai Desa termegah di Indonesia Waktu itu [Sumbangan Investor], Kepala Desa membuka suara sambil memegang Mik " Saya persilahkan Pak Suryo naik kemari.."  Yang dipanggil Pak Suryo adalalah Hyang Suryo Ketua Hindu, Budha dan Kepercayaan di Desa itu, Yang langsung naik mimbar dan duduk di kursi diapit Kepala Desa [kanan] dan Ketua Praksi Golkar Anggota DPRD [kiri], singkat cerita, Ternyata Rapat ini untuk Menjelaskan Punden Desa Mbah Ireng, Karna Ada yang mempermasalahkan, Karena tidak tahu siapa yang mempersalahkan, Hyang Suryo akhirnya menjelaskan Bahwa Beliau diangkat Rembuk Desa sebagai Ketua Agama Hindu, Budha dan Kepercayaan sekitar 80 an, Dan mengelola Punden Mbah Ireng, Bukan Masjit, dan dengan Kilat terbentuk Pendopo dan Candi model simbol  Kodam Brawijaya. Bahkan Kepala Desa pun ikut menurunkan Genting Pendopo Lama [dukumen foto masih ada] didampingi RM Tjokrohadiningrat Putra Jendral pertama di Indonesia dan Nama nya diabadikan nama Jalan di Surabaya, Ming Kiong [Pabrik Mobil Holden], Mbah Askandar dipanggil Kiyai oleh penduduk [ Kiya=Jalan  I=Kebenaran Bhs. Cina dialek Hokian] dll. " Beberapa hari yang lalu saya bertemu Gubernur Sularso di Patung Budha Rubuh Trawas, Beliau berkata Jangan Aparat Daerah menghambat pihak Swasta yang membangun Kebudayaan ini disiarkan TVRI"  imbuh Turunan XI Bhatara Daha ini. Yang terkanal dengan nama Eyang Suryo, Setelah di jelaskan Panjang lebar tentang Adat Leluhur yang kalau mati di bakar. Drs. Matajit selaku Anggota DPRD Kodya Surabaya, juga nimbrung menjelaskan Tanah makam sudah penuh, sampai Tumpang tindih, Penduduk dianjurkan kalau mati di Bakar sesuai Adat Zaman dulu, Pemerintah sudah membuat "Krematorium di Tandes," Sayapun biar Orang Islam kalau mati dibakar" demikian kata Pria Parlente mantan Ketua RW yang digantikan Sutikno dan duduk disebelahnya. Merayu penduduk tentang sulit soal kuburan di Surabaya, Ketika itu Kepolo Desa [ Pak POLO bukan Kepala desa/lurah] Sutiyo usul Agar Eyang Suryo membuat Pernyataan Tertulis bila Punden diperlukan Desa karna Punden tanah milik Desa, Pendopo Akan di Bongkar tidak apa-apa, Perlu dijelaskan Orang ini lah Yang membangun  Masjit depan Mbah Ireng. Kontan Drs. Letnan Haryono Kepala Desa marah, tapi tidak didepan umum, " Jangan mau bikin surat segala itu orang tidak ngerti hukum" bisik nya kepada Hyang Suryo. Yang hadir Seluruh Ketua RT/RW juga ngerti Budaya, Ternyata yang ngotak ngatik Punden hanya satu keluarga yang punya Menantu Drs. Iskak Muslik Kepala SMA Muhamadiah Wiyung dan malah Kenal baik Hyang Suryo waktu Wisuda di IKIP Surabaya.  Sama sama di DEKDIKBUD yang menaungi Kepercayaan, Drs, Iskak Muslik [rumahnya 1 km dari Mbah Ireng] Kepala Sekolah Hyang Suryo Pejabat HPK [Ketua/Pinisepuh Sanggar Suryo Kencono/Pura Wilatikta] Masalah selasai dan sampai sekarang Pendopo Mbah Ireng masih berdiri Tegak [ sekitarnya banyak makam, karena ledakan penduduk, serta Perumahan yang menjamur]. Peristiwa ini sangat berbeda dengan Kasus Penutupan Pura Majapahit Trowulan "Serupa Tapi tak Sama" kalau Trowulan juga ada Ketua Praksi PKB juga Anggota DPRD, Lurah dll justru ikut ambil bagian nutup padahal ada UU HAM 1999, Penutupan Pura Trowulan 2001 kejadian  Punden Mbah Ireng 1988 belum ada UU HAM, tapi dibela Aparat Yang masih ngerti Budaya, tidak terjadi Penyerbuan, hanya Candi model Brawijaya dicongkel Pratima Durga nya hilang. Inilah Akibat 1965 Banyak Orang dibunuh karena tidak ke Masjit, Pengetahuan budaya sendiri minim, Orang pada Ketakutan masuk Islam, dan tidak pernah diberi tahu Budaya Nusantara, hanya di cekok'i Budaya Arab, Berita Koran dan TV banyak Tokoh Kepercayaan di Panggil Aparat dan tokoh Islam untuk menjelaskan, sebelum dibubarkan, ini lagu Lama, Tokoh Kejawen ini di keroyok Ahli Arab di Gebuk Pelecehan Islam karena menyimpang dari Qur'an dan Hadist, Penjelasan hanya untuk Kedok saja, dan Pasti penjelasan itu dianggap SAMPAH [ di TVada Kepercayaan Banten Pimpinannya meninggalkan rapat, untung anak buahnya banyak dan Demo, tidak ada kabar lagi] Termasuk Hyang Suryo di Kecamatan Trowulan sampai serak menjelaskan [ menghormati Camat yang nyuru kan pejabat R.I, biar senang, akibat sudah tahu dari pengalaman] Apa hasilnya?] ya dianggap sampah oleh Karyono yang tahunya Adat, Budaya, Negara Arab 500 tahun yang lalu, lagi Perang sama Kristen, lha karena dianggap di Arab 500 tahun yang lalu Bangsa, Budaya, Adat sendiri diajak Perang, Gereja, Hotel, Pura, Bali akhirnya di BOM. Jadi peristiwa ini ditulis di beberkan agar Menjadi Sejarah, betapa Ironisnya Budaya/Leluhur sampai Punden Desa dipermasalahkan. [masih untung 1965 Punden Punden dihancurkan di tuduh Musrik] Akhirnya tambah Aneh Drs. Haryono sang Kepala Desa yang  Juara Tingkat Nasional gara gara  Mbah Ireng, mengadakan RUWAT  DESO MBAH IRENG, dengan Wayang Lakon "Semar [Sabdopalon] Nagih Janji" uang sumbangan Ruwatan Lebih, Kata Mbah Askandar dan dimasukkan Kas Desa. [Karena peristiwa ini bersifat umum disaksikan umum patutlah diketahui lebih umum untuk menambah wawasan umum, tentang Budaya Leluhur, Gusti Heker dan team 30-09-2009] *** "tulisan ini memperjelas Siapa Hyang Suryo yang ber Abiseka Sri Wilatikta Brahmaraja XI tentang Kiprah Beliau.***

SANGGAR SURYO KENCONO PELESTARI BUDAYA




Sanggar Suryo Kencono / Pura Wilatikta nama ini terdaptar di Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Timur. Letaknya di desa Keprabon Kec. Karang Pilang  Kewedanaan Gungung Kendeng Kab. Gersik {belakangan masuk Surabaya} disinilah Hyang Suryo tinggal, Tulisan Jawa Hyang dieja Eyang, Haji dieja Aji. ditahun 80 an, Ketika itu ada Rembuk Deso, Penduduk semua ngumpul dihalaman rumah Kiyai Askandar dipimpin Lurah  Kamit dan Aparat Kecamatan, serkira jam 21 diumumkan bahwa Ketua Agama Hindu, Budha dan Kepercayaan diserahkan Eyang Suryo [ada SK nya] dan mengelola Punden Desa Mbah Ireng. Desa ini memang aman, saat 1965 Orang Orang dengan Truk akan mengobok obok / menculik Orang yang tidak ke Masjit atau yang di cap PKI langsung dimasukkan Komplek KKO / TNI AL karena memang perbatasan desa ini sepanjang beberapa Km ada Pagar kawat berduri Kompek KKO / Marinir Karang Pilang, disini ada 2 Botol besar dari Batu Bata Peninggalan Belanda yang tidak mempan di Bolduser. Demikianlah Eyang Suryo yang dituakan bahkan Mengelola Punden Desa, Kegiatan Kejawen Marak, Latihan Gamelan diantaranya RM Tjokro Hadiningrat Putra Jendral Oeripsoemohardjo yang nama ini dipakai nama jalan di Surabaya, Mbah Somohardjo {asal Ponorogo} Pensiunan Polri, Mbah Seno {Pelatih Gamelan} Mbah Senadi peg. PAL [Saptodarmo] dll. Mereka juga dibantu Lurah Letda AL. Haryono, Suprayogi Provost Polda,  membangun Pendopo Mbah Ireng. Mbah Ireng dipercaya penduduk sebagai Anjing Hitam besar Pengawal Batu Tempat duduk Pendiri Majapahit Raden Wijaya, dan juga Sumur Kuno yang terdapat dalam Sanggar Suryo Kencono / Pura Wilatikta. Pendopo Mbah Ireng selesai, juga dibuat Candi mirip simbol Kodam Brawijaya, banyak Orang Meditasi,  yang Kejawen Banyak termasuk KKO / Marinir antara lain Jayus, Parno, Senen, Kornelis, Ketut dll. Orang Islam Fanatik sebetulnya jauh 2 km dari Mbah Ireng, Melihat ada Pendopo lalu dibangun pula Masjit, Ultimatum mulai kalau Masjit ada Solat, kegiatan di Mbah Ireng harus dihentikan. Punden ini Aneh terletak di Kepala Gunung Kendeng sedang Ekornya di Imogiri Jawa Tengah. memang sekitar daerah ini Sumur nya Tadah hujan karena tempatnya Tinggi. Bila Musim kering  Mbah Kandar pada mandi di Sanggar. di Sanggar inilah diadakan Nyuci Pusaka, Pengasuh Konsultasi Budaya, Ngisi Karikatur di Harian Radar Kota, Surabaya Minggu, Dunia Mistik Surya dll  Orang Luar tidak banyak yang tahu Hyang Suryo, yang namanya terkenal, Tamu ditemui Romo Sampurnaning Jagat dari Prambanan Berjenggot rambut panjang Pinisepuh, juga RM Tjokrohadiningrat pikir Orang mereka Eyang Suryo, Hyang Suryo asli memang disamarkan. Kecuali Penduduk selitar dan Orang dekat yang tahu. Di Mahkamah Militer III-12 Hyang Suryo juga juru sumpah Agama Hindu, Buda dan Kepercayaan, Waktu itu belum ada Orang yang Mangku, dan Biku. 1984 Vihara Budha Maitrea mengalami gangguan akan ditutup, Waktu itu Walubi Ibu Kemawati di Pregolan sempat menangis menghadapi ini, secara diam diam Hyang Suryo mendatangi DEPAG di Ketintang  menanyakan, Waktu itu bertemu Orang nya kecil pakai Kopiah Kursinya besar, " Kenapa Vihara ini ditutup Pak" tanya Eyang Suryo yang dijawab "Iya menggunakan Bahasa Asing!"[nadanya kasar] dengan cepat tanpa pikir Hyang Suryo menyela " Lho, itu Masjit teriak teriak pakai corong, pakai bahasa Arab, kan Asing kok boleh?" Orang itu tidak menjawab dan masuk katanya Rapat, hampir 1 jam nunggu akhirnya Pegawai Depag ini keluar dan agak sopan membolehkan Vihara tetap buka. Peristiwa  Ini dibuka saja Waktu itu Kalau Pegawai Depag bilang memakai bahasa Cina dia menang, bahasa Cina masih dilarang, Baru era Gus Dur larangan di cabut. Jadi untung Pegawai tadi kurang paham Hukum, Kalau sekarang sudah kuat itu Vihara dan Barongsai pun sudah bebas, Hyang Suryo kan Siwa Buda jadi wajib membela Leluhur Buda, Kegiatan Sanggar Suryo Kencono [Kepercayaan] Pura Wilatikta [Leluhur], Juga Hyang Suryo aktif di HPK, sering ngumpul di Dekdikbud Jatim jl. Gentengkali Surabaya. Banyak kenal Pinisepuh Kejawen dimana di Jawa Timur ada 197 Aliran Kepercayaan. Sanggar ini sampai sekarang masih ada dan diberitakan POSMO sebagai Pura Majapahit Keprabon. Di kelola Bpk, Mangku Made Sudarsana SH Mhum dari UNTAG. [team Pengacara Pura Majapahit]

MENGEMBALIKAN KEJAYAAN MAJAPAHIT



KORAN BALI 3-5 Februari 2003: Kintamani, Koran Bali. Carut marutnya bangsa Indonesia akibat krisis multi dimensi. Ancaman disintegrasi, membuat sejumlah komponen masyarakat, khawatir, berharap bangsa ini segera berubah. Paguyuban Kerabat Majapahit {PKM} menggelar pameran bertajuk "Budaya Pemersatu Bangsa" di Lake View Hotel, Kintamani, Bangli. Menurut Ketua Pameran Gusti Kade Sutawa SE. MBA pameran benda Pusaka Leluhur Majapahit ini bertujuan mengenang kembali kejayaan Kerajaan Majapahit. Pada masa tersebut, jelasnya, Nusantara yang wilayahnya lebih luas dari sekarang ini, cukup tentram dan makmur. Dibawah Mahapatih  Gajahmada dengan sumpah Palapa nya, Majapahit berhasil mempersatukan Nusantara dan cukup disegani di kawasan Asia. Bahkan saat itu, tidak satu bangsapun berani menjajah Nusantara. Namun setelah runtuhnya Majapahit, Nusantara mulai porak poranda, satu persatu wilayah Nusantara lepas dari genggaman {Kerajaan Islam Demak  tidak berpikir Nusantara lagi, lagi sibuk menumpas Kafir di Jawa}, Ironisnya lagi, selama 350 tahun bangsa ini dijajah orang asing seperti Portugal, Belanda dan Jepang {Penjajah pertama Arab, tidak punya AL}. Kemerdekaan 1945, hanya Beberapa bagian dari wilayah Nusantara yang dikuasai Majapahit. Padal pusat Kerajaan Majapahit berada dipuau jawa {Gara-gara Jawa dijajah Arab lainnya lepas} Selebihnya menjadi negara lain. Hingga reformasi Timtim semula bagian Indonesia lepas. Melalui Pameran Pusaka Warisan Majapahit, Gusti Sutawa yang juga Ketua Asiosasi Manajer Hotel se Kuta Berharap Bangsa ini rukun, dan segera berbenah" Tidak seperti sekarang, larut dalam konflik politik berkepanjangan hingga rakyat menderita. tuturnya. Putranata SST Par. MBA, Panitia yang juga pemilik Lake View Hotel menambahkan, Pameran Pusaka mengenang kembali Kejayaan Majapahit dan menelusuri kunci kunci sukses Zaman Kerajaan Majapahit yang berhasil mempersatukan Nusantara {Justru adat Arab merusak kunci persatuan}seperti Dinasty Qailendra dan Kertanegara sebagai Negara yang terpandang dikawasan Asia. Pameran Budaya ini, juga untuk memberikan kesempatan seluas luasnya bagi masyarakat Bali, untuk secara langsung melihat dari dekat berbagai Peninggalan Majapahit yang tersimpan di Trowulan Jawa Timur. Gede Sastrawan Ketua Yayasan Loka Brahmacarya yang juga panitia menjelaskan Pameran membentuk karakter anak anak bangsa dan melestarikan budaya yang diwariskan Nenek Moyang bansa Indonesia. Dulu bangsa ini bersatu[rusak kena arab yang tidak mau bersatu dengan kafir]  beratus ratus tahun. Runtuhnya persatuan karena ketidak mampuan mempertahankan Dharma Leluhur [islam tidak percaya Leluhur] Generasi muda hendaknya sadar mengembalikan Kehormatan bangsa yang diciptakan Leluhur juga mempertahankan jati diri bangsa secara berkesinambungan. Hyang Suryo pemilik Pusaka Warisan Majapahit menambahkan, Satu satunya daerah yang masih kental dengan pengaruh Kejayaan Majapahit adalah Bali, berbagai tradisi yang ada di Bali mencerminkan kejayaan Majapahit tempo dulu, berbagai cermin ke bhinekaan suku ras agama bisa bersatu hingga menjadi perhatian dunia, Adat Majapahit memang dilestarikan,{ tidak seperti di Trowulan yang oleh Adat Arab Pura Majapahit ditutup}ini tercermin dari Tempat Suci yang ada di Bali, terutama dikawasan Kintamani, Pelinggih di Pura Ulundanu, bukit Mentik dan Balingkang. di Pura ini terdapat Pelinggih untuk memuja Siwa Buda, Pelinggih itu berdampingan dan didalam satu kawasan, ini mencerminkan Leluhur kita menjunjung tinggi kebhinekaan, namun sekarang  banyak yang menjunjung tinggi kepentingan Kelompok [islam arab] yang memicu ancaman disintregrasi bangsa, Karena mereka melupakan Leluhurnya Majapahit {islam yang sulit karena tidak percaya Leluhur}mereka tidak berbakti sama Leluhurnya.tapi mencampak kannya,  Kasus BOM kuta merupakan pelajaran buat bangsa ini,  Bom yang meluluh lantakkan kuta imbasnya bulkan hanya Bali saja, tapi wilayah lain,  Ber Truk-Truk Kelapa, Janur dll dari jawa di tolak Bali, karena tidak ada yang beli gara gara parawisata macet. Pemboman juga agar kita lebih ingat pada Leluhur agar tidak dilupakan juga menurut Pandito Ratu ini, Penyadaran cinta Leluhur Balilah kuncinya, seraya mengingatkan Sumpah Sabdopalon yang akan kembali 500 tahun sejak keruntuhan Majapahit. Ditanya apakah tenggang waktu sudah berakhir? Hyang Suryo menyebutkan Ciri ciri Kedatangan Sadopalon Gunung meletus, Banjir bandang, gempa bumi dan tanah longsor yang terjadi dibekas Nusantara. ujarnya yakin. disalin kembali oleh Gusti Heker 29-09-2009. tambahan WARTA BALI 27 Februari 2003: PEGANGAN GAJAH MADA : Brojol Naga Raja, Menurut penglihatan batin Sesepuh Pura Majapahit Trowulan Hyang Suryo Wilotikto merupakan pegangan Mahapatih Gajahmada ketika Beliau telah Madeg Pandito [menjadi Pendeta] di Madakaeipura Bromo, Jawa Timur. Terbukti sampai saat ini dijumpai sejumlah prasasti keberadaan Gajahmada setelah Madeg Pandito disana. Naga Raja diambil dari simbol yang tertera dalam Keris pusaka tersebut Pendeta yang duduk diatas Naga. Naga simbol Kesatria dan Kependetaan, Keris Brojol Naga Raja diakui milik Patih Gajahmada. Hyang Suryo yakin drngan diistanakannya KerisPusaka Naga Raja Pegangan Mahapatih Gajahmada, maka Jagat Bali akan mengalami Kejayaan. Sepanjang untuk keselamatan Nusantara , saya tak mempermasalahkan. Tandas Hyang Suryo Wilotikto.

PAMERAN PUSAKA DAN RUWATAN DI UNTAG SURABAYA



UNIVERSITAS 17 AGUSTUS SURABAYA PAMERAN KERIS DAN RUWATAN : Harian Surya 21 April  2003 : Diantara Keris yang di Pamerkan adalah Keris Sengkelat yang biasa digunakan Senapati Kerajaan Majapahit, Naga Raja dari Tiongkok, Tebu Wulung Sepang, Sepasang Sada saklor [Sada Lanang], Sabdopalon Naya Genggong, Sepasang Kaki Nenggala dll. Pakar Keris KRT. Soebagio mengamati Lekuk dan Garis Garis keris "Wah Keris ini Bagus"  Menurutnya bila Keris ini bikinan Empu Jaman Majapahit, Keris ini bisa berdiri, Lalu mulutnya Komat Kamit entah Mantra apa yang dibaca, Keris didirikan dan aneh berdiri sendiri, membuat pengunjung terkagum kagum, Bahkan Prmilik Keris Hyang Suryo ikut heran "Lho ternyata bisa berdiri ya?" Adegan ini bak pertunjukan Sulap ketika Pakar Keris Baca Mantra. Bahkan Mpu ini bisa membaca Aksara di Keris yang berbunyi "PRAJA MAJAPAHIT"  Akhirnya tiap gerakan Sang Mpu menjadi perhatian pengunjung. Keris Jaman Kerajaan merupakan pegangan Wajib bagi seorang Lelaki yang di sebut Curigo juga harus punya Kukilo [Kelangenan, kesenangan] dan Turangga [kendaraan, kuda] bila belum memiliki ketiganya belumlah lengkap.  Menurut Pakar Keris Usia Keris Yang dipamerkan di UNTAG Rata-Rata umurnya 1000 tahun lebih. dan Bisa berdiri 3 X 24 jam. Karena ada Yoni nya, dalam Kamus Agama Islam dikenal istilah " KHADAM " . disamping Pameran Pusaka juga diadakan Ruwatan dengan 76 macam Sesaji dengan Dalang KI Manteb. Hyang Suryo di Wawancarai RADAR Surabaya dan terbit : Minggu 20 April 2003 : PENGALAMAN MAGIS HYANG SURYO DENGAN CAKRA :  Selama 47 tahun Soeryo Wilotikto menyimpan senjata Cakra yang merupakan peninggalan Kerajaan Majapahit, Dan selama itu pula Hyang Suryo, begitu laki-laki berambut panjang ini biasa dipanggil, mengalami berbagai kejadian Magis, Seperti apakah? DITEMUI RADAR Surabaya, Sabtu [19/4], Hyang Suryo mengaku belum pernah sekalipun sakit selama memegang Senjata Cakra peninggalan Kakek Buyut nya itu, Hyang Suryo tercatat sebagai Pewaris ke XI {Brahmaraja} Senjata Peninggalan Majapahit yang didunia Pewayangan dikenal sebagai Senjata nya Dewa Wisnu itu. " Jujur, selama membawa senjata Cakra ini saya belum pernah sakit, meski flu sekalipun" Kata Hyang Suryo yang keturunan Trilokapura Kertawardhana ini. Laki - Laki asal Mojokerto yang memutuskan untuk membujang sepanjang hayatnya Demi menjaga Warisan Leluhur Kerajaan Majapahit ini justru selalu tampak sehat walafiat. Padahal semenjak Pura Majapahit desa Trowulan Mojokerto, di tutup satu tahun lalu, praktis lali-laki yang selalu merahasiakan umurnya ini harus berkelana dari satu kota kekota lain, dari satu pulau ke pulau lain untuk memamerkan Ratusan benda Pusaka yang dulunya tersimpan di Pura Majapahit itu. Ini karena di Pura yang terletak di desa Trowulan itu tidak boleh dipakai Untuk menggelar kegiatan Ritual dalam bentuk apapun, Termasuk Menjamas Pusaka dan menggelar Ruwatan. Itulah sebabnya, Ratusan benda benda Pusaka peninggalan Tribuwana Tungga Dewi dan Ken Arok, Ratu dan Raja Majapahit itu, diusung kerumah Hyang Suryo di Tulung Agung {Jenggala}, Kini, Senjata senjata itu sedang di pamerkan di UNTAG Surabaya. di Karena pura Majapahit tidak bisa untuk memamerkan Senjata senjata itu lagi," Ya saya yang ngalah dan bersabar, untungnya saya ini nggak pernah sakit. Padahal Saya jarang sekali pulang ke Tulung Agung" Kata Hyang Suryo yang baru mengahiri pamerannya di Bali, sejak Februari lalu. Tak hanya lepas berbagai macam penyakit, Hyang Suryo juga mengaku merasa lebih fit dan selalu tampak segar, Padahal dia juga jarang sekali makan kalau tidak benar benar lapar. Tidur nyapun hanya beberapa jam. " Ini semua berkat Yoni dari senjata Cakra ini. Karena Yoni yang ada didalamnya diyakini bisa menghancurkan musuh dan segala hal yang negatif," paparnya. Senjata Cakra Panjangnya 25 sentimeter serta dilapisi Emas Murni itu, Nyaris tak pernah lepas apalagi jauh dari tangan Hyang Suryo. Bahkan saat tidurpun , Senjata yang menurut Mitos  dunia Pewayangan Hindu, Juga dikenal sebagai Senjata Maha Dewa itu, selalu diletakkan disamping Hyang Suryo, "Kalau pas tidur begitu, Dia hanya saya masukkan ke dalam Kantung Hitam. Meski saya tidur nyenyak, tapi saya masih bisa mendengar suara belalang yang terbang diluar rumah", akunya. [fib] disalin Gusti Heker untuk Koran Surya tidak semua disalin, Radar ful disalin. Di publikasikan agar tidak ada suara Miring kalau Beliau Berburu Pusaka ke Bali, bahkan Pusaka Beliau di Linggihkan di Bali agar bisa di Upacarai, karena di Trowulan ditutup, Dan supaya Orang mengerti bahwa Beliau sudah memiliki Pusaka Tertinggi yaitu Cakra dimana Raja Titisan Wisnu Simbol nya Cakra. belum Pusaka Kerajaan yang lain, yang diakui Para Pakar, apalagi di Pameran Universitas bukan di kios/bedeng dipinggir jalan, hingga didatangi Para Pakar Keris. Untuk Tuan Alvatar Kristen yang berkomentar miring bisa membaca mumpung belum buta matanya. Melarang memakai kembang Melati itu Setan, itu bisa di  :GEBUKI pihak Keraton Solo itu Putri-Putri Keraton selalu memakai Untaian Melati. Belum Pusaka Nagaraja yang krtika difoto keluar Naganya, Juga Mahkota yang Pas dikepalanya, ini bukti karena Beliau sudah punya Cakra, Jadi Abiseka Sri Wilatikta Brahmaraja XI sebagai Raja Majapahit tidak meragukan lagi, -Gusti Heker  29-09-2009.

TOMBAK SIWA BUDA SIMBOL PURA IBU MAJAPAHIT JIMBARAN



    BERITA POSMO EDISI 78 15 September 2000 Judul: TOMBAK SYIWA BUDHA SIMBOL PERSATUAN Pusaka ini kondang disebut sebagai Tombak Syiwa Budha. Dibuat Zaman Kerajaan Majapahit, Bentuknya bercabang dua, Ujungnya terbelah Dua. Dipahami sebagai simbol dari unsur Persatuan dan Kesatuan, Warnanya Hitam kecoklat coklatan, Ternyata merawatnya tidak terlalu susah. Sebab untuk mencucinya tidak tergantung pada bulan maupun hari tertentu.

      Dulu, Tombak ini diakui Terhebat diantara Tombak Tombak yang ada, Kerena itu Tombak ini digunakan untuk Berperang, mengalahkan Pemberontak yang ingin menguasai Keraton ataupun mendirikan Kerajaan baru. Pemegang Tombak ini adalah Panglima Perang atau Pengawal Raja, kalau hanya Prajurit biasa, tidak mampu untuk memegangnya. Soalnya memiliki daya Magis yang cukup Tinggi. Tidak sembarang Orang yang mampu memegangnya. KUAT DALAM PEPERANGAN Jika dibenturkan Dengan Tombak atau Senjata lain, dipastikan akan tetap utuh. Akibatnya , Tombak musuh retak.

      Bahkan Hancur berkeping keping. "Memang cukup Ampuh Senjata ini" ungkap Hyang Suryo [bergelar Brahmaraja XI] Pemilik Pusaka di Puri Majapahit Trowulan, Mojokerto Jatim. Ini terbukti ketika terjadi Goro Goro Pemberontakan di Keraton Majapahit yang dipimpin Rakuti dan Semi, Ratusan orang terbunuh oleh Tombak Syiwa Budha. Tombak Padma Yoni milik Rakuti yang ampuh itu tidak mampu menandingi. Akibatnya ia menyerah tanpa syarat kepada Pengawal Raja Jayanegara. Kini Tombak itu berada di Pura Majapahit. Sering digunakan dalam Upacara keagamaan, Posisinya selalu berada di urutan paling depan diantara pusaka pusaka yang lain, Biasanya saat upacara berlangsung dipastikan ada yang Kerawuhan [kerasukan Roh halus]"Anehnya lagi, bila Tombak Syiwa Budha dikirap pada Upacara keagamaan Hujan yang sedianya akan turun tidak jadi, Orang akhirnya meyakini sebagai penolak datangnya hujan" ujar Hyang Suryo pemilik Pusaka itu. Melihat keampuhannya, Masyarakatpun mencoba membuktikannya, Salah satunya Pak Suwarno, warga Karang Pilang, tujuannya untuk kegiatan Ruwatan Desa pada musim hujan, Ternyata memang hujan tidak jadi turun, Kegiatan Ruwatan berjalan lancar, padahal desa lain hujan cukup deras. Kehebatan Tombak tersebut membuat Pak Suwarno ingin memilikinya, sehingga tidak dikembalikan lagi, Akibatnya sekeluarga Panas Dingin dan Sakit sakitan,

    Kemudian setelah dikembalikan keluarganya sembuh total. Sejak itulah tidak ada Orang yang berani mencoba coba lagi ingin memiliki Tombak Syiwa Budha. Usai meminjam langsung dikembalikan. Untuk menghindari hal hal yang tak diinginkan.{Husnu Mufud Wartawan Ahli Pusaka dibantu Para Pakar],- Di Tulis kembali oleh Gusti Heker Agar diketahui publik Betapa Pura Majapahit masih punya Pusaka Andalan Warisan Pura Majapahit Jenggala, Daha dan Kadiri, dimana waktu itu Pengalaman di Jarahnya Pura Majapahit Trowulan oleh Bupati Demak 1478, Pusaka Pusaka Daha, Jenggala, Kadiri dan Kahuripan disimpan dan di Sungsung Para Keturunannya, Sri Aji Wijaya / Wisnu Wardhana VIII atau Sri Wilatikta Brahmaraja V secara rahasia menyimpan dan diamankan agar kemudian [500 tahun]hari bisa diwariskan NARENDRA UTAMA yang memang bisa melestarikan Dengan dididik sejak usia 6 Tahun dan benar-benar teruji Phisik dan Mental nya agar tidak mudah jatuh baik oleh Harta, Tahta dan Wanita. Bisa menjalankan Sesanti setelah Keruntuhan Majapahit "Ngeluruk Tanpo Bolo, Menang Tanpo Ngasor'ake. Sugih Tanpo Bondo, Sakti Tanpo Aji." Seorang Satria tapi harus Ngerti Ke Panditaan {Satriyo Pinandito} Harus digembleng Guru Sepiritual dan Guru Ilmiah yang Ilmu Ke Majapahitan nya Harus Mumpuni, Harus belajar ke negri SAMKOK, "Jangan berpolitik Kalau belum mengerti SAMKOK" Kata Bung Karno, Hingga banyak  Pakar di Sekolahkan ke Cina negri Samkok, sayang malah dituduh Islam Komunis, hanya sekolah di Arab yang hebat, pulang dicium tangannya[padahal cuma naik Haji] dihormati bisa ngendalikan Aparat Daerah untuk kepentingan Islam, dan numpas Kafir. Contoh seperti Menghambat ijin Gereja, Nutup Pura dll. Para Mahasiswa di Cina, Rusia tidak bisa pulang, Pasport dicabut, Mbambung di Negri Orang. Akhirnya di Era Presiden Habibi mereka boleh pulang itupun harus di Adili dulu, kecuali dari arab bebas, akhirnya tidak jadi lagi, Sudah pada Tua, Pikun, mau nyumbang apa pada Bangsa dan Negara yang dijajah Arab? Ya itulah tadi sedikit Contoh Aktual kekuasaan Arab, Selanjutnya Kembali ke Narendra Utama yang harus hidup diera tepat 500 tahun Kembalinya Majapahit, Sebelumnya Juga Narendra Narendra Utama berjuang, karena bisa Menjaga Pusaka Tanpa mudah Tergiur dikipasi Uang [kalau Narendra kebetulan hidup nya selalu dipimpin Leluhur jadi enak tidak kekurangan] Hingga Narendra Utama berikut nya bisa Mewarisi. Dan mereka Sadar pada jamannya " Engger, Moto mu besuk disilih Poro Leluhur Ndelok Bali ne Mojopahit, Mbah enggak menangi Ngger, Tapi Mbah wis Ngelaksanak no Tugas Poro Leluhur Jogo iki, Tampan non no Ngger, Mik Wong Bali sing iso Ngurip no, titen ono besok lek enek Dino Jenenge ..Tumpak Landep iki iso urip maneh" Kata kata Mbah Gede Ngadri Narendra Utama menyongsong Turunnya Sabdopalon. Beliau kembali ke Alam Kamoksan usia 99 tahun 1956 di Blitar,

      Demikianlah semua Narendra Utama selalu ada pada Jamannya, jadi Majapahit harus tetap ada, biarpun dihambat Arab. Narendra Utama harus bisa mengatasi, Otak harus Cerdas, Jujur selalu di Rel nya tidak menyimpang, Kemampuan Niskala harus Mumpuni, bisa TER kecil maupun besar. bisa Ngedan tanpa harus jadi Edan beneran [kebanyakan jadi edan beneran], Dengan Kejujuran, olah Batin kuat, tidak putus berhubungan dengan Leluhur, kalau melenceng kehilangan hubungan Hancur, Inilah Baru bisa disebut Narendra Utama Tetap dilindungi Sri Raja Patni dari Alam Bodaloka hingga Selamat selama Bulan dan Surya masih terbit. {kutipan NEGARAKERTAGAMA yang baru didapat awal 2009] Bila Odalan/Srada temtu membuat senang Sri Rajapatni di alam Budaloka dan memberikan Kejayaan Narendra Utama selama Bulan dan Surya bersinar. Odalan sukses 9-9-'09 kini hari ini 28 September 2009 Ibu masih di Odali di Universitas Mahendradata. [Gusti Heker]

TOMBAK TRISULA PURA MAJAPAHIT KINI DI PURA IBU JIMBARAN



BERITA POSMO EDISI 76 1 September 2000 : berjudul " TOMBAK TRISULA PUSAKA JAGAD RAYA" : Tombak Trisula ini sebenarnya merupakan perpaduan Senjata Bhatara Siwa [Guru] ,dan Pasangannya [Durga] yang menjadi satu, bentuknya biasa saja, Polos tidak berukir. Berwarna kecoklat coklatan. Tidak berpamor, Karena sudah terlalu Tua usianya, Meskipun demikian punya Kelebihan, Dipercaya sebagai Pusaka Jagad Raya. Munculnya Senjata Andalan Kerajaan Singosari ini, bukan dibuat Orang Sakti seperti Empu Gandring atau Empu Supa, Tapi diyakini dibuat oleh HYANG AGUNG {DEWA} pada Zaman Ken dedes,Istri Ken Arok, Karena itulah, Tombak ini dianggap sangat Istimewa, "Oleh Ahli Pusaka dipercaya sebagai Senjata Bhatara Syiwa, Paling Ampuh diantara Tombak Tombak yang ada di Indonesia.Cuma bukan digunakan untuk berperang tapi "hanya PIYANDEL [Pusaka] Kerajaan dan Jagad Raya" Ujar Hyang Suryo {Yang ber Abiseka Sri Wilatikta Brahmaraja XI} Pemilik Tombak Ampuh dari Kerajaan Kerajaan Zaman Dahulu, karena "KEAMPUHAN" itulah Raja Kertanegara dari Kerajaan Singosari menjadikan Tombak Trisula sebagai Piyandel Kerajaan, Hasilnya memang nyata, Dirinya menjadi Raja yang disegani di Kawasan Asia Tenggara, Namun setelah Senjata itu hilang dari Kerajaan, Kertanegara dapat ditaklukkan oleh Prabu Jayakatwang dari Kerajaan Kediri. Keberadaan Tombak Trisula ini disakralkan dan tidak boleh dikirap pada tiap-tiap ada upacara, Tapi hanya ditaruh di PELINGGIHAN UTAMA sebagai Simbol Bhatara SYIWA pada Upacara keagamaan. :Tombak ini memang tidak pernah dibawa keluar untuk Upacara Upacara, Hanya diberi Sesaji oleh Pemangku Utama dengan hati hati cara memegangnya, kemudian diletakkan di "PELINGGIHAN PADMA SYIWA" ujar Hyang Sryo [Brahmaraja XI] pada POSMO. Untuk memegang Tombak tersebut tidak sembarang orang, Biasanya yang memegang akan Kesurupan [Bali Keraohan] Padahal pada mulanya sadar saat memegang, Tapi dalam waktu beberapa menit akan berbicara sendiri, sepertinya yang terdengar adalah suara makhluk halus. Hal ini tak berlaku bagi Raja Kertanegara dari Kerajaan Singosari dan Pemangku Utama. Maka dari itu Mangku biasa tidak berani memegang, Ada yang berani nekad. Akibatnya keadaanya "NGGEBLAK" [jatuh terlentang] ditanah. Hal ini pernah dialami Mangku Bima Wananda, karena tidak kuat, Yang bisa memegang Siapa? Ternyata hanya Pendeta Tingkat Tinggi. Yang harus diingat Tombak Trisula kalau dicuci hanya diperciki Air dan digosok Daun Kelapa Muda yang diwujutkan Sapu, bukan di celupkan dalam air kembang setaman sebagaimana Tombak milik Rakuti atau Tokoh lainnya pada bulan Sura{Pusaka Pura Majapahit yang nyuci Empu Sudarmadji Kakak Gubernur Jatim Basofi Sidirman waktu itu, dan disaksikan Wartawan} Setelah dicuci kemudian ditaruh tempat khusus dengan dibungkus kain. Tidak boleh dipinjamkan pada orang lain, "Sekarang ini berada di Pura Mojopahit Pusat. Posisinya sebagai Pusaka Pelindung Pura" ujar Hyang Suryo / Sri Wilatikta Brahmaraja XI. {Husnu Mufid Wartawan khusus Ahli Pusaka, dibantu Para Pakar Pusaka}, Ditulis Kembali Gusti Heker Mengingat Hari Durga yang Istri Bhatara Siwa dan senjata ini sebagai Atribut Pratima Bhatara/Bhatari Siwa Yang Pratimanya Masih berada di Universitas Mahendradata untuk di Upacarai Odalan, dimana Mahendradata dimanivestasikan Sebagai Durga mengendarai Mahisa/sapi bertangan Banyak salah satunya memegang TRISULA. yang disebut oleh Ahli dari India Bpk.Reshi RamesSarty Durga Mahisa Nandini. Beliau Sering Tangkil di GWK, Puri Gading dan ikut Upacara Kirap. Putra Beliau menyebut Hyang Suryo Brahmaraja XI "God" yang langsung dimarahi Hyang Suryo dan dijawab: "Brahmaraja is The King, no God, Brahman is The God" dan ini di Benarkan Bapaknya, Jadi jelas Brahma adalah Raja bukan Tuhan, Tuhan disebut Brahman versi India, mereka Orang India bahkan membenarkan sambil posisi sembah mengucapkan maap atas ketidak mengertinya sang Putra. Waktu itu sedang Kirap di Pura Jagatnata Denpasar, Semua orang Heran kok Brahmaraja XI ngerti Kepercayaan India, dan dibenarkan Orang India. Semua tidak ada yang berani bertanya, dengan serius Kirap akan dimulai Tiba-Tiba Orang Orang Panik Kebingungan Lari tunggang langgang Termasuk Para Wartawan sampai ada Kamera yang jatuh ketika Kuda Dokar yang dinaiki Brahmaraja XI Keraohan / kesurupan, Berjingkrak jingkrak, sedang Wedakarna hampir jatuh terdesak Kuda, Mahasiswi sampai sandalnya putus karena menghindari Sang Kuda, oleh Brahmaraja XI badan Kuda ditumpangi Keris dan Kuda agak Tenang [ kuda Keraohan dan Kirap diberitakan Radar Bali, POSMO dll] Demikianlah Informasi ini semoga menjadi lebih mempercayai Warisan Budaya Leluhur sendiri yang Adiluhung bukan mempertanyakan, seolah Pusaka Barang Dagangan, Kalau disungsung diupacarai pasti membuat Roh yang disemayamkan Sang Empu Gembira, begitu juga Roh Sang Empu yang telah Menyatu dengan Pusaka buatannya bila kita menghargai Akan memberikan Perlindungan bagi si Pemilik Pusaka dan bagi Umat yang percaya karena memberikan Sesaji, sekali lagi Maap ini kepercayaan Keluarga Besar Majapahit, Untuk yang tidak percaya jangan usil, Anda tinggal di Bumi Majapahit. Untuk Agama Suci Islam tentu tertawa karena semua dilindungi Allah yang satu, ya tertawalah, Adat Arab tidak kenal Keris, Pratima dll Tuhan saja tidak ada, itu ketikan di TV tiap sore Asar Mahgrip "Tiada Tuhan [bahasa Indonesia] Selain Allah [bahasa Arab]" inilah suatu penghinaan yang dilegalisir masak Orang-orang sampai sekarang dihina demikian diam saja, ini pelecehan Bahasa Indonesia dianggap tidak ada selain bahasa Arab. Juga Berita ini untuk menangkal Tuduhan Kristen Alvatar Hyang Suryo berburu Pusaka di Bali, untuk apa ? Pusakanya Banyak, Kadang Menyelamatkan, timbang di beli Touris [itupun hadiah Panitia Pameran yang jual Keris, kadang dibelikan Bambang Pakualam] Pernah Pusakanya mau di beli Orang Amerika dengan harga tinggi, Waktu itu Romo Yanto, DR. Candra, Sutris, Biku Acun agak heran kok tidak diberikan, inilah kebodohan Bangsa kita yang hanya melihat Uang, Pusaka itu kini di Sungsung di Komplek Ganesa Tertinggi di Asia di buatkan Lemari Kaca Diberi Sesaji, bisa dilihat Anak Cucu, jadi biasa menghadapi suara miring kita kutib sabda Jesus karena Alvatar Kristen " Maapkan Ya Bapa disurga Orang ini, karena tidak tahu apa yang dia perbuat" jadi Orang tidak Tahu mulutnya JEPLAK harus dimaapkan ini perintah Yesus, kalau tahu kan tidak banyak Komentar menunjukkan ke Goblok kan nya. Waktu Pameran di Art Centre, Hyang Suryo tinggal di Hotel bersama Ir. Winarto, Drs, Machandi Wahyudi dll, Satpam Hotel [Orang Bali] bercerita "Saya punya Keris persis seperti di Pameran" Machandi bertanya "Lha Kerisnya sekarang dimana Pak?" Satpam itu menjawab "Saya jual Pak, saya sekarang menyesal, Dulu ini tanah saya, sekarang saya Satpam disini, hidup saya susah" ini contoh realita nyata, Menjual Sungsungan / Bhatara / Pratima [Menurut Ida Pedanda Made Gunung Keris adalah Pratima] ya itu tadi awalnya senang menerima uang, belakangan? ya kisah Nyata. Semoga menjadi Suri Tauladan. Jadi silahkan saja Menduga Hyang Suryo ini dan itu kan ada pepatah "Maling teriak Maling" Orang berhati Busuk/iri/Dengki pasti Orang lain disamakan dirinya, selali lagi Pepatah SD itu sangat berguna kalau diresapi, hatipun tenang melihat kegoblog'kan orang yang sok pinter, Lagu Kus Plus" He Ela Elo Sawo dipangan Uler, He Ela Elo Wong Bodo Ngaku Pinter" lagu ini Sanepo Nyata. Untuk menjawab Komentar adalah Tugas GRP. Nokoprawiro Masak Brahmaraja berurusan Dengan orang Tolol macam Alvatar ya Bukan Level Beliau ttd. Gusti Heker / Ahli Internet. ikut nimbrung "Jangan mengukur baju sendiri dibadan Orang Lain" baju saya dipakai Touris langsung Robek Ketiak nya. He He He.

PRATIMA DURGA PURA IBU DIUPACARAI DIENG MELETUS



Minggu 27 September 2009 Pratiam Durga Mahisa Nandini Sungsungan Pura Ibu Majapahit Jimbaran di Upacarai / Di Odali oleh Universitas Mahendradata Nama Dewi yang dimanivestasikan Durga, Ketika Upacara Gunung Dieng / Dah Hyang di Jawa Tengah mengeluarkan Ledakan Keras, Semburan Lumpur mirip Lapindo keluar memporak porandakan Perkebunan penduduk hingga sejauh 500 meter, juga Pilipina yang dulu Wilayah Majapahit di Landa Banjir Bandang hingga puluhan orang tewas, Fenomena apa ini ini? Sabdopalon juga meramal "Gunung Gunung Menggelegar Gempa 7 X sehari", Paling Paling Kebetulan, Ramalan "TERTULIS" Leluhur sendiri tidak diperhatikan, Tapi Ramalan Mama Lorent [ditulis sesuai suara] malah sangat dipercaya, padahal orang masih nanya Beliau, Lha Ramalan Leluhur Sabdopalon yang Jengkel kepada Prabu Brawijaya yang masuk Islam tidak pernah dipublikasikan demi Agama Islam yang melarang Percaya Ramalan [Diharamkan MUI disiarkan TV R.I], Lagi lagi Nasib Bangsa ini Para Leluhur Memberi Warning / Peringatan Tertulis pun di Abaikan Turunannya, Ironis. 26 September 2009 jam 16.30 Rektor termuda di Dunia DR. Wedakarna datang ke Pura Ibu Majapahit memendak Pratima Dewi Durga untuk kesekian kalinya " Akan Saya Upacarai di Universitas, Dalam rangka Hari Durganawaratri agar Beliau Memberikan Kerahayuan, sebab Arjuna oleh Bahatara Krisna juga dusuruh Memohon Ijin Kepada Durga ketika Perang Bhratayudha, Arjuna selamat tak terkalahkan" demikian ucap Pemuda terpandai di Jagat versi Dunia ini [Dalam Negri malah di Kritik] kepada Hyang Suryo Brahmaraja XI disaksikan Jero Gede Susile dll, Jadi sebuah fenomena yang terjadi dan sudah di Tulis aneh sekali Turunan si Penulis dan tinggal di Tanah si Penulis, malah menggunakan Tulisan Asing / Import ribuan kiometer dari Negri ini, Tidak Percaya Leluhur sendiri. Yang benar adalah Tulisan Arab, yang mementahkan Apapun Buku, Lontar, Tulisan, Leluhur, Budaya, Adat, dll Negri ini, Fenomena apa ini ? Makan, diberi hidup, Tanah yang subur, Air cukup, Kayaraya dll, kok Anti nya dengan Negri ini? Kitab Arab dijadikan Acuan, sampai mengharamkan Tatacara yang ditulis dalam Kitab Lokal Leluhur sendiri, sekali lagi Bangsa kita itu masih punya Otak Tidak? Gedung Kertiya Buleleng berisi Ribuan Lontar Peninggalan Leluhur Yang Adiluhung termasuk kitab Sutasoma yang digali Bung Karno untuk Dasar Negara, dan Masih digantung dikantor Pemerintah R.I, kenapa kok tidak di percaya? Lontar Lontar Asli yang belum terjamah Adat Arab untuk direkayasa seperti Pararaton yang untuk menyenangkan Orang Jawa Arab agar boleh terbit Ken Arok dikorbankan sebagai Perampok, ya ironis sekali. Jaman Bung Karno Banyak Pemuda disekolahkan ke Cina, Uni Soviet akhirnya tidak bisa pulang, pulang langsung ditangkap di cap komunis, Guru dalam negripun banyak di bunuh, [ Ketua DPRD SURABAYA SUBARJATI DITURUNKAN KARENA KETAHUAN ANAK GURU yang di cap PKI] dan jutaan Orang yang tidak ke Masjit pun ditumpas dengan cap PKI, dipanas panasi: PKI, Gerwani Membunuh para Jendral dengan mencungkil matanya, Pki berontak, semua Bohong Besar disiarkan TV, itu Dokter yang buat Visum masih hidup, Visum nya ditemukan dan tidah ada Pencungkilan Mata, SAmpai Dokter nya ditampilkan sudah Tua dengan tangan gemetar membaca ulang Visum, dan mengakui Beliau yang membuat, juga diakui Tanda Tangan nya Asli "Ini Tanda Tangan Saya" ucapnya [siaran TV] Film G 30 S PKI tidak ditayangkan lagi karena Film Penipuan,Dasar Bangsa di anggap tolol selalu di Kibuli, Akhirnya pelajaran hanya didominasi Arab, Budaya sendiri di Brangus, Klenteng ditutup dan tulisan Cina dilarang padahal Saudara se Fosil, demi kepentingan Arab 500 tahun yang lalu ketika menumpas Majapahit "Islam masuk dengan Damai" kilahnya. Nyatanya Pura Majapahit diserbu 2001, Saptodarmo jogja dihancurkan, juga peristiwa Monas, Pertunjukan Kekerasan Ala Arab 1000 tahun yang lalu menjadi Berita Santapan sehari-hari, Sampai bulan Puasa pun Bangsa kita harus menghormati Arab, Warung di obrak abrik, Orang makan lari terbirit birit sampai keselak lehernya sakit, Bom menggelegar dll, Sabdopalon bukan perakit Bom, dulu belum ada, Tapi Menggelegarkan Gunung bisa lho, Bukan ditangkap tapi Bencana Alam, Densus 88 berhasi menangkap Arab pendana Bom [di TV] bahkan Nurdin Top pun berhasil ditembak hingga Dunia Salut pada Densus 88. Jadi Bok ya, mari dipelajari bagaimana Adat kita mengelola Tanah Yang Subur Makmur ini, sebelum Arab masuk, Baca Negarakertagama, Sabdopalon, Jayabaya, Sotasoma dll kita punya Acara "SRADA" dll, untung Bali yang kecil ini masih ada Orang Upacara, Lainnya tentunya Tunduk sama Adat Arab yang kering Kerontang, Boleh Pakai Baju Agama apapun, itu indah Hijau, Putih , Kuning, hitam dll itu semua sama dimata Allah tapi Katanya, selain islam ya Kafir/Kufur/Batil/Musrik dll [Sejarah Kadiri Tan Koen Swie] dan ternyata buku diawal 2009 ini nyata, mangkanya di larang terbit/dibaca diera Orde Baru, dituduh melecehkan Islam, Lha wong nulis apa adanya dituduh melecehkan, kalau Ngebom, bakar Gereja, Nutup Pura tidak melecehkan ya? Dasar dasar Kebenaran dimonopoli. Sekalilagi kita Kaya kitab, Jayabaya meramal sampai kiamat, Sabdopalon memberi Warning agar sadar, Alam kalau dicintai, di suguh, di Odali sesuai Adat Negri ini tentu Ramah, Dan tentunya marah 500 tahun disiram Tahi, kotoran, limbah dll hanya mengikuti Adat Kitab Asing Arab, Maka rusaklah negri ini, Arab itu Gagal, cuman 75 tahun mengusai Negri ini, 350 tahun Kristen Belanda yang melindungi Candi-Candi UU Statblat 1921, mau Selamatan, Potong Kerbau untuk mulai giling Pabrik Gula persembahan buat Dah Hyang yang Baurekso Tanah Pabrik, sekarang ada Kurban tapi untuk Arab, jadi marilah kta belajar Sejarah, Jepang masuk dengan Enaknya mengalahkan Belanda, dan kita diajari jadi Tentara Prmbela Tanah Air [PETA} hingga bisa mempertahankan Kemerdekaan, Bung Karno memakai Pancasila digali dari kitab Majapahit untuk dasar Negara, mau diganti kitab Arab Syriat Islam, kita Rukun 'NASAKOM" jadi Acuan, setelah 1965 KOM nya ditumpas sampai akar/bayinya, Arab dengan enak menjajah negri ini, Bali sudah minoritas malah di BOM 2X, Pura Majapahit Trowulan ingin merayu Leluhur/Tanah ini agar tidak murka, malah di GEBUG kitab Arab yang melarang Adat Majapahit, mau jadi apa Negri ini? kini Terkenal sebagai Bangsa BUDAK tuh tinggal dibawah jembatan di Arab, Anti KOMUNIS tuh tidak malu sekarang hubungan dengan Cina, HP, TV, Baju, Motor dll buatan Cina kok dipakai? Bali sih tidak malu sejak Jaman Dahulu masih pakai Uang Cina/Kepeng kalau Upacara. Bagi Para keturunan Majapahit sih Tidak heran melihat Gempa 7 X sehari Gunung Meletus, Banjir, Angin besar menerjang, itu kan sudah di Tulis Leluhur, Mama Lorent harus kirim Data dulu nanti baru dapat Tulisan Ramalan, Sabdopalon , Jayabaya malah sudah nulis 500 tahun yang lalu, hanya karena demiBuku Arab lalu disingkirkan/diharamkan, Ini yang pinter Orang Arab apa Bangsa kita? jangan dipikir lagi dasar TOLOL. Bertepatan meletusnya Dieng Minggu 27 September 2009 Rombongan Mahasiswa Mahasiswi Universitas Mahendradata juga lagi Ber'doa di Pura Ibu Majapaht karena kemarinnya dilarang Sang Rektor ikut Mendak karena dikhawatirkan Keraohan semua, jadi menyusul Minggu, agar tidak Keraohan, sebab pernah 1 Bis Keraohan. ketika pulang mereka menyalami dan memegang kaki Sri Wilatikta Brahmaraja XI Raja Abiseka Majapahit, ini Kalau dilihat Orang Arab bisa ramai, Orang kok dihormati yang boleh dihormati kan hanya Nabi Muhammad? Bangsa kita di Lecehkan, hanya Arab yang unggul, trima Wahyu juga tidak boleh, tuh Sadek terima Wahyu malah dihukum 4 tahun melecehkan islam, Lia Eden juga trima Wahyu Jibril harus mendekam di bui Indonesia bukan Arab. IRONIS. Bisa bisa Orang Indonesia di bunuh semua karena setiap berbuat tidak sesuai kitab Arab, dituduh melecehkan Islam, lihat saja kalau Pemerintah tinggal diam dan merasa seagama Islam. Pancasila masih digantung, BUTA baeangkali kalau Buta, bisa jadi Pejabat, Otaknya mungkin? Mari kita sabar, memang bersandar pada mausia yang tercuci otak nya oleh Arab sulit, Tunggu Pageblug, Pagi Sakit sore Mati, disamping Bencana Alam, Alam Murka Karena penghuninya tidak menghargai, yang dihargai tanah Arab, lihat saja...SAksikanlah, Masak tulisan Leluhur dianggap Bohong/Tahayul, sekali lagi lihat saja, Silahkan Diskusi kan terus Tulisan para Leluhur Nusantara, Bagi Leluhur Nyawa kalian hanya dianggap Tikus. Kita Turunan Dewa Brahma bulan Arab mas. Ini Para Leluhur Nusantara juga sedang Mendiskusikan Penghuni Nusantara yang cinta Arab, Tanah akan dibuat seperti Arab, susah Air, Panen Gagal, Lumpur tambah keluar dimana-mana, sumur keluar api dll, suru pindah saja ke Arab tinggal dibawah jenbatan. Jangan cari makan di Nusantara. Jangan merampok hasil Nusantara hanya untuk Arab. Silahkan mendiskusikan/mengkeritik kebenaran Tulisan ini, Tapi jangan dengan Argumen kitab import dari Arab, mari kita pakai Dalil-Dalil dalam Negri, karena tulisan ini di buat di Bumi Nusantara bukan Arab. Pancasila Turunkan dulu kalau mau berdalil kitab Arab, baru Adu Argumen. Adil kan, kita jangan Goblog dikibuli terus. Ditulis Sri Wilatikta Brahmaraja XI dan para Team Ahlinya di semua bidang. Puri Surya Majapahit Bali 28 September 2009. Kalau ngalah terus di Injak-injak Arab berpisik jawa, Sudah jelas Pura Majapahit menyatukan Agama apapun bisa berdo'a karena kita bukan bangsa Arab, kita Memuja Leluhur sendiri, cari Tuhan bebas di Greja, Masjit, Jagatnata dll. tapi malah ditutup atas nama Islam, Minjam Pejabat R.I yang juga ada anggota DPRD nya, memangnya selain Islam bukan rak'yat ya? Ini dibuka untuk kesadaran Bangsa Indonesia Bukan Arab. KAMI PUTRA PUTRI INDONESIA BERSUMPAH : BERBAHASA, BERBANGSA, BERTANAH AIR, SATU YAITU INDONESIA bukan arab. Sumpah Pemuda 1928. Yang masih didengungkan di Sekolah, Kami juga mengutip Pidato Prof. DR. KH. Agil Siraj pada 10 Mei 1998 di Dukuh Kupang Surabaya, Disaksikan Tokoh-Tokoh Reformasi diantaranya Romo Sandiawan, dan Ratusan Ribu Mahasiswa "Untuk Reformasi, Departemen Agama Harus di Bubarkan, Karena Departemen Agama hanya ada di Indonesia dan Israel, Agama kok diatur Departemen yang malah mempersulit Agama" Sorak sorai umat Katolik dan Kristen membahana memenuhi Langit Nusantara, sayang hanya janji, lha buktinya makin eksis MUI nya selalu Buka Fatwa Sesat maka hancurlah yang disesatkan tu Ustad Roi di Malang Jawa Timur Solat berbahasa Indonesia nasibnya tak terdengar setelah ditahan Polisi R.I. DR. Agil Siraj [Maap kalau keliru nulis nama] dimana Beliau Sekarang? Nara sumber dari masyarakat apapun Agamanya yang masih kerurunan Pithekhan Tropos Erectus Homoneander Thalensis Fosil Solo dan Cina bukan turunan Mumi Arab. [Team Puri Surya Majapahit diketuai GRP. Nokoprawirodipuro Suku Jawa Putra Ustad, Baru keliling jawa mengumpulkan Data yang ahli bahasa Arab dan Jawa.]

PURA MAJAPAHIT KEPRABON MENYIMPAN BENDA ANTIK


POSMO EDISI 30 26 Rebruari 2000:

Pura Majapahit Keprabon sangat menarik, Ada yang unik ditempat ini, Rungsi ruangannya tidak selayaknya Pura pada umumnya, Ruang Utamnya didepan dan Ruang Nistanya dibelakeng, Didalamnya sangat banyak Peninggalan Sejarah yang mengandung Mistik, Tidak ada Orang yang berani mengambilnya, Sebab takut mrndapatkan celaka, Akibatnya Nyawapun bisa melayang. Pura Majapahit Keprabon usianya cukup tua, Boleh dibilang sudah ada sejak berdirinya Kerajaan Majapahit, Letaknya depan Komplek Marinir Karang Pilang, Bangunannya cukup Antik dan bernilai sejarah, Sebab di Pura ini banyak ditemukan benda benda peninggalan sejarah, Seperti Batu tempat Duduk R. Wijaya, Raja Majapahit Pertama, Buku Buku Kuna, Lukisan Ayam Jago Bertarung dan Sumur Peninggalan Sawunggaling, Pahlawan Penentang Penjajah Belanda, dan masih banyak lagi Barang Antik yang sulit disentuh tangan Manusia, Disamping itu fungsinya tidak seperti Pura umumnya, Sebab Ruang Utama ada didepan, Madya ditengah dan Nista dibelakang, Jadi terbalik ujar Hyang Suryo, Pendeta Ketua Pura Majapahit Pusat. Untuk ruangan Utama Pura Majapahit terdapat Padma, Pelinggihan dan Pratima Aqintia, Dikawal Patung Orang Tinggi besar berkepala Gundul. Ditempat ini Ratusan Umat Hindu melakukan Upacara Sembahyangan secara khusuk, dan berdo'a minta ketenangan dan keselamatan hidup. Ruangan Madya berada ditengah-tengah dan tidak jauh berbeda dengan bangunan Pura Pura lainnya. Diruangan ini terdapat Pendapa tempat Umat melakukan Diskusi Keagamaan, juga sebagai tempat menyimpan Buku Buku Kuna, Lukisan kuna bergambar Jago Tarung [Tabuh Rah], Arca Arca, Simbol Kerajaan dan benda benda antik lainnya. Buku Buku dan Benda Benda Antik itu kini tinggal sedikit, Sebab sudah dijual oleh orang dalam yang menjadi Pendeta disitu, Memang keterlaluan boleh dikata "Pagar makan Tanaman" Ujar Hyang Suryo.




DIJAGA ANJING SILUMAN:

Suatu ketika ada kejadian aneh, Orang Orang yang mengambil Benda Benda bersejarah dan Buku Buku kuna serta Lukisan bergambar Ayam Jago Tarung Meninggal Dnia selang beberapa waktu, Dialah Mbah Tejo dan Suhu Cing."Mereka mungkin kena kutukan, karena sudah diperingatkan tidak boleh mengambil dan menjual, tapi tetap saja mengambil, akibatnya dia bernasib tragis, Hidupnya didunia tidak bertahan lama" ujar Biku Acun. Sementara Ruangan Nista terletak dibelakang, bukannya berada dimuka sebagaimana umumnya, Fungsi ruangan itu tempat ruang Tamu dari berbagai daerah di Jawa Timur, Kalau ngobrol ditempat ini tidak terasa hingga larut malam, dan salah satu sudut ruangan digunakan untuk menabuh Gamelan ileh Sesepuh umat Hindu, tiap minggu yaitu Mbah Somo, Mbah Kandar, Mbah Cokro, dan Mbah Selo. Kini Pura itu kondisi ditutup, sambil menunggu calon Pendeta yang baru. Sebab Pendeta lama sudah meninggal dunia setelah menjual barang barang Antik didalam Pura. Siapa yang kesana haruslah berhati-hati, tidak boleh berbuat semaunya, apalagi berniat jelek. Ada apa sebenarnya? Ternyata. Dipercaya Pura ini dijaga Anjing siluman Hitam. Yang terkenal dengan nama Mbah Ireng. Mahluk ini setiap saat bisa menampakan diri. Pernah seorang pengusaha mebel Jiang Kwok lari terbirit birit ketika melihatnya, yang jelas tidak takut digigit, tapi menyeramkan. Bagi yang berniat baik ke Pura, sudah tentu tidak diganggu oleh Mbah Ireng, Malahan akan merasa tentram dan teringat kehidupan masa lalu, mengingat suasananya yang masih berbau Mistik.Kini Mangku Pura Drs. Made Sudarsana dari UNTAG

PRATIMA DURGA PURA IBU MAJAPAHIT DIPENDAK UNMAR


26 September 2009 jam 14.30

Rektor Universitas Marhaen/Mahendradata datang memendak Pratima Durga Mahisa Nandini, untuk disemayamkan di Universitas Tertua di Bali dan Nusatenggara, dalam Perayaan "Durga Nawaratri", DR. Gusti Arya Wedakarna yang baru saja menyabet MURI dengan predikat Rektor Termuda di Dunia, sebelumnya juga Tercatat MURI sebagai DOKTOR termuda di Dunia 26 tahun, Sejak percaya dengan Leluhur Majapahit, Bahkan entah yang keberapa Pratima Leluhur Majapahit dibawa ke Kampus Mahendradata, untuk diupacarai, memang ini satu-satunya  Universitas yang berani memasukkan Pratima Leluhur tanpa memperdulikan Mahasiswa/siswi nya yang berbeda Agamanya, Pemuda Terpandai di Dunia ini, bahkan memprakarsai Patung Ganesa Tertinggi di Dunia ketika Pratima Ganesa Pura Majapahit Nyejer di Singaraja, dan berhasil Biarpun masuk MURI tertinggi di Asia, kini sedang diselidiki dinegara mana yang tingginya mengalahkan Singaraja, Waktu itu baru berusia 22 tahun sudah Menjadi Presiden Pemuda Hindu se Dunia, Pada Awalnya, Pertama bertemu Hyang Suryo, Sempat Hyang Suryo memarahi nya, jangan bergurau, Ternyata Pemuda ini Serius, Dan Mengaku Keturunan Raja Bali Tegeh Kori yang jadi Kesayangan Arya Kenceng Raja Bali dari Majapahit waktu itu, Dan selalu berdo'a di Pura Majapahit Buleleng, GWK, dan Bahkan Ketika Peresmian Pelinggih Wisnu di GWK yang sederhana [seharga Rp. 200.000,-] tidak Canggung Pemuda ini Negen Pratima yang beratnya hampir 100 kg, untuk di Linggihkan dan Odalan hingga hampir Jatuh pingsan kelelahan, 


Bahkan Banyak juga mengadakan Festival Kirap Pratima, mengikuti Adat Cina di Jawa dimana Pratima di Kirap yang menurut Amplik Ketua PHDI Kuta Selatan Pratima tidak boleh di Bawa-Bawa, Pratima Dewi Tangan Seribu yang menurut Kepercayaan Rektor Termuda di Dunia ini adalah Manivestasi Dewi Mahendradata nama Universitasnya  yang juga Ibunda Prabu Airlangga, hingga Ngalinggihan Pratima Airlangga di GWK pemuda inilah yang negen /mikul ditaruh diatas Kepala nya, Ketika mendengar Pelinggih Prabu Airlangga akan di gusur, Pemuda terpandai se jagat inilah dengan gigih menghadapi pihak GWK, dan yang paling marah merasa Leluhurnya dilecehkan Investor, Sampai -sampai Team Ahli Adat dibentuk tentang Tatacara bila Pratima/Leluhur sudah di Linggihkan, harus bagaimana caranya jangan main Gusur, "Saya sebagai Warih Majapahit tidak terima itu, Investor bisa ganti berganti, Bali tetap Bali, buktinya ini Investor baru, nanti ya Baru lagi, lain lagi nanti Aturannya, Jelas di Undang Investor lama kok Macam- macam" kata Darah muda yang sedang Bergolak ini sambil mengibar-ngibarkan Undangan Resmi Para Leluhur Majapahit ke GWK yang disetujui Direktur dan GM lama, " Kalau Urusan Bisnis Lain, saya tidak turut campur, ini urusan Adat, Tatacara Leluhur kita, investor cuma HGB 25 tahun, itupun bisa dia jual ke investor lain, memangnya dia yang punya Bali? Hormati dong Adat Bali biar Direstui Para Leluhur, Pura Majapahit Trowulan kan di Tutup, kemari diundang" imbuhnya ketika di Pura Ibu, Bahkan Ada Kapolsek dan Anak buahnya, serta ratusan Orang termasuk Mahasiswanya, Lebih Gusar Lagi melihat berita Amplik Ketua PHDI Kuta selatan dan Kelian, " Ini Orang Bali apa bukan? belum ditanyakan masalahnya sudah mulutnya  JEPLAK bela Investor, dapat apa dia? paling paling kena Tulah" memang ketika tahun lalu sempat dipendak Pratima Durga 1 Bis Mahasiswa/Siswi sempat keraohan, bahkan Pemendakan sebelumnya juga Bali sempat diguyur Hujan dan Banjir hingga memakan korban Jiwa {diberitakan Media}. Jadi mestinya bisa nyebet MURI lagi sebagai Rektor yang Percaya Pratima di Dunia. dan berani membawa masuk Kampus nya, Kita tunggu Kiprah pemuda Kontroversial ini, belum bisa di jelaskan apa dan bagaimana acara Durganawaratri nya, Karena Baru meninggalkan Pura Ibu Majapahit Jimbaran, jam 14.30 dengan diiringi Orang Kepercayaannya, "saya Takut mengerahkan Mahasiswa, nanti kalau Keraohan, repot, kalau Sopir Bis Keraohan bisa gawat, mengganggu Lalu lintas" tambah Sang Rektor yang mendampingi Putra Bung Karno "Surya Sukarno" Yang menyerahkan Patung Dada Bung Karno kepada Brahmaraja XI serta Memasang Gada Limpung Alugoro di Puncak Candi Ibu beberapa waktu yang lalu tepatnya 5 juli 2009. Dan Pemuda ini juga sempat Mandi di Batu Pecah desa Belalang tempat Pelinggih Sementara Gajahmada ketika Gebyar Pusaka Majapahit dalam menyambut Delegasi Parlemen se Dunia di Tanah Lot, ketika itu Pelangi Turun sekitar jam 16.00 masuk ke dalam tanah membuat bulatan 10 meter persegi,  Bersama Hyang Suryo yang ber Abiseka Sri Wilatikta Brahmaraja XI Sang Pemuda Wedakarna [belum DOKTOR dan REKTOR] mandi memasuki Alam lain yaitu dalam Bungkusan Pelangi/Biang lala, yang diliputi Warna Warni segala warna, disaksikan Ratusan Mahasiswa/siswi dan pengikut lainnya, kira-kira jam 17'30 pelangi memudar dan hilang, Kejadian ini memang aneh, bisa dinikmati lebih dari 1 jam, mungkin Sinar Maha Patih Gajah Mada Pemersatu Nusantara, muncul bergembira di buatkan Pelinggih biarpun seharga Rp.125.000,- Beliau memancarkan Sinarnya pada 2 Orang yang berjuang untuk Leluhur Majapahit, Dimana setelah Gebyar Pusaka Majapahit, Pelinggih kecil di Batu Belah ini di suru Pralina pihak Badan Otorita Tanah Lot melalui HP Mangku GRP. Noko Prawiro selaku Panitia Gebyar Pusaka, Dan HP disampaikan kepada Sri Wilatikta Brahmaraja XI yang awalnya disuru Membongkar, Setelah dijelaskan kalau Pelinggih itu masuk Desa Belalang bukan Tanah Lot yang masuk Beraban, kemudian suara dibalik HP merendah "Di Preline saja Pak, Mangkunya sudah setuju" Akhirnya tak lama kemudian datang Ombak besar Mempreline Pelinggih 125.000,- tersebut hilang tanpa bekas, seiring hilangnya Pelangi beberapa hari sebelumnya yang sempat dimasuki  Sri Wilatikta Brahmaraja XI dan Gusti Arya Wedakarna untuk mandi air laut selatan tempat bersemayam nya Ratu Mas Jawa: Ratu Laut Kidul, Cina: Nan Hai Niang Niang / Dewi Laut Selatan. Ada lagu : 'Pelangi Pelangi Alangkah Indahmu Merah, Putih Kining Dilangit yang biru......Pelangi Pelangi ciptaan Tuhan" sebuah berita bila telah berlalu akan menjadi catatan bahkan Sejarah, kisah ini akan menjadi Sejarah dimana Gebyar Pusaka Majapahit, bisa menghilangkan Serangan Wereng, dimana sehari sebelum Gebyar Pusaka, Wereng menyerang wilayah Tanah Lot sampai setinggi 1 m sangat mengerikan dan hampir menggagalkan Pameran, akhirnya Para peserta Pameran dengan penuh keraguan meneruskan Pameran setelah di Gurau 'i Mangku GRP. Nokoprawira Kalau Keris Pusaka Majapahit bisa Menolak Wereng, ternyata Gurauan / Canda/Dagelan didengar Leluhur Majapahit dan di Kabul kan, Tak seekor Wereng pun hadir keesokan harinya, Ibu Megawati, Pejabat, Delegasi Parlemen sedunia makan / Diner [istilah keren nya] dengan tenang tanpa diganggu Wereng bahkan Hyang Suryo Brahmaraja XI mendapat Hidangan Istimewa dari Restoran, Juga Mangku GRP. Nokoprawiro di service, Gebyar usai, Bak Pepatah "Habis manis Sepah dibuang" Hyang Suryo Lebih keren dengan nama Brahmaraja XI di suru membongkar Pelinggih Gajah Mada melalui HP, Kasian Leluhur Majapahit yang menyelamatkan Tanah Lot dimata Dunia dari memalukan di serang Wereng, Coba Bayangkan para Tamu makan berlarian bubar diserang Wereng, Hal ini anggap kebetualan, Leluhur Pernah Berjaya menyatukan Nusantara dianggap Kebetulan ya tidak apa-apa, yang penting Pura Ibu Majapahit sudah berkarya untuk umat, tidak butuh penghargaan, yang penting Beliau di Odali dengan tulus iklas, Bahkan Pelinggih Prabu Airlangga hanya seharga rp. 200.000,- sampai dilecehkan pihak GWK pimpinan AA Rai Dalem mungkin dianggap Pengemis, melihat sederhanaannya Pelinggih, Justru sederhana ini bukan Pengemis, tapi tulus iklas sekemampuan, dan Leluhur Butuh ke iklasan, Megah bergelimang uang, hasil korupsi, temtunya biar sederhana bukan hasil ngemis, Ada lagu Kus Plus " Ojo Ngenyek, Omah Gubuk Omahe dewe" Akhirnya tak beberapa lama AA Rai Dalem tertipu 15 juta Tabungannya Ludes di Embat Cewek Penipu, masuk Koran Oleh Komang Artanegara Korannya di Taruh Pura Ibu dan dibaca semua Orang,- Juga Tanah Lot desa Beraban Kemasukan Flu Burung Berita Koran/TV. Bahkan Keris Gajahnada Ketika Tumpak Landep berhasil merontok kan Beringin Ratusan Tahun di Puri Anom juga Anggap kebetulan, Pancasila Dasar Negara juga anggap kebetulan, Bung Karno Bergurau bikin Dasar Negara, Dasar bangsa sudah Keblinger [istilah Bung Karno], Leluhur Majapahit diakui Dunia Pencipta Negara Nasional Pertama, belum ada yang bisa meniru persis, contoh Arab, Israel, Irak, Iran, Kuwait dll, sendiri-sendiri saling perang tidak dibawah Raja Arab, Hanya Amerika mirip, Presiden Argentina, Presiden Mexico, Presiden Chili dll Tunduk sama Presiden Amerika Serikat Obama, Majapahit juga banyak Raja-Raja Nusantara Tunduk dengan Raja Pusat Prabu Hayam Wuruk. Amerika Federal Majapahit Kerajaan dan lebih dulu Majapahit hingga konsep nya sudah mendunia, banyak ditiru, contoh: Dunia kalau Pemilu mencari Gajah Mada / Perdanamentri, Raja/Presiden hanya simbul, Coba Anda pikir siapa Presiden India? siapa Presiden Singapura? Kalau Kerajaan Jelas ada Raja, tapi hanya simbul yang gerak Perdanamentri dalam Catur Star bergerak, Raja di rukir biar aman, Raja kena Skak Mat, ya bubar. Raja/Presiden diluar negri tidak Keluyuran Nampang lha kalau di tembak Bubar Negaranya cukup Star nya ini sama dalam Catur/Sekak.

PURA MAJAPAHIT DI TABANAN DIBAWA DARI TROWULAN



Ketika Pratima dan Pusaka Pura Majapahit Trowulan Nyejer di Puri Anom 2003-2004, Pura Majapahit berada di Tabanan, Pratima adalah Simbul Pura, terbukti Ketika banyak Berita Koran Banyak Pratima Pura di Bali di Embat Maling, disebutkan Odalan yang sudah dipersiapkan "BATAL", jadi Pratima di Plangkiran itu sudah Pura, sebab Dah Hyang Nirata, ketika datang Bali pun membudayakan Plangkiran, karena di Jawa Candi - Candi di Hancurkan Para Wali dan pengikutnya [ Sejarah Kadiri oleh: Tan Koen Swie], maka untuk penghormatan Leluhur cukup di taruh Plangkiran, agar mudah dibawa, dan di Stanakan cukup di Gedong/Klenteng dan Umat lalu ber'doa didepan Pratima, ini dilakukan di jawa, kalau Bali Pelinggih, Meru, dll lestari, Pura-Pura tidak dihancurkan seperti di Jawa, jadi Bali masih beruntung bisa melestarikan Adat, Odalan, Caru dll, Nasib Leluhur di Jawa memang Tragis, sudah tidak punya Candi di Gedung/Klenteng pun di larang 1965-2000 dituduh Orang Komunis tidak Bertuhan alias Muja Pek kong, Karena adat islam hanya menyembah satu Tuhan yaitu Allah, dan Pura Majapahit Trowulan pun di Tutup, bahkan diserbu dan di Bom Imam/Takmir Arab Karyono cs, Hingga Para Keturunan Majapahit Bali yang tidak ditumpas [hanya kena Bom Bali 1-2] mengundang Leluhur Majapahit untuk di Upacarai di Bali, Terbukti ketika di Puri Anom di Upacarai TUMPAK LANDEP Keris Gajahmada Menunjuk kan Keboleh'an membuat Pohon Beringin berusia ratusan tahun didepan Puri Brantakan, hingga pagi harinya puluhan Truk membersihkan dahan-dahan Pohon yang Porak Poranda dihantam Sinar Keris berwarna Biru kekuning-kuningan dari jarak 200 meter, dan membuat gempar masyarakat Dunia, Tentunya agama islam menuduh Roh Setan/sihir [Sudah ada SMS dari Trowulan mengatakan Siluman], Kehebatan Leluhur yang pernah menyatukan Nusantara dilecehkan bangsa sendiri yang berjiwa Arab, akhirnya Para Keturunan Majapahit banyak dikutuk tanahnya [Buku Sejarah Kadiri terbitan Tan Koen Swie], Makan nasi Aking, Jadi Budak ke Arab negara yang disucikannya, pulang mati, kena Banjir, Tsunami, Lumpur Lapindo dll, tapi yang mengagumkan tatap kukuh dengan Takdir Ilahi seolah nasib ditangan Arab, tidak mencontoh Bali yang melestarikan Adat menghargai Leluhur hidup nya lebih enak, bahkan bisa nyumbang inves di Trowulan biarpun gagal, seprti Pak Agung [Kolonel, sudah Tewas] kini Puranya untuk Masjit, Bapak Ida Bagus Basma [Batubulan] beserta Mangku Alit [Pernah di India], Tanah Calon Pura nya terbengkalai dll dsb dst, Di Tabanan, Pratima Wisnu dan Sakti nya, sebenarnya sudah dibuatkan Pelinggih di Puri Sunantaya Penebel, ketika Nyejar di Puri Anom selesai pindah GWK, Hyang Suryo yang Ber Abiseka Sri Wilatikta Brahmaraja XI sudah meresmikan pelinggih [2 buah] di tanah Puri di bukit yang ada Klebut/Mata airnya, jalan menuju Pura Biaung, belakangan Gusti Kukuh beserta Tetua dari Penebel mengatakan di GWKbahwa  Hyang Suryo dibuatkan rumah, Sertifikatnya hampir selesai, Juga dibelikan Pintu,Jendela Ukiran seharga 40 juta, sambil nyicil kita bangun kata Gusti Kukuh yang Putra Gusti Madan satu-satunya Ahli "SRADHA" di Dunia, Karena Kesibukan PP trowulan, dan Odalan, Hyang Suryo belum sempat ke Sunantaya, juga tidak enak menanyakan, Karena tempat nya jauh, dan Terakhir di Undang Mengikuti Upacara Odalan "Srada" yang memang agak lain Bantennya, Mungkin Pura ini agak Kurang dikunjungi umum karena dianggap milik Gusti Madan kelompok Parati Sentana Arya Damar, sedang Puri Anom Parati Sentana Arya Kenceng, Leluhur Mereka Bersaudara sama-sama Putra Sri Wilatikta Brahmaraja I dan Permaisurinya yang ada di Pura Besakih [dijelaskan di Blog lain], Jadi Leluhur Kawitan Majapahit di Tabanan sudah ada, dan biarlah diupacarai Keturunannya di Puri Sunantaya itu, Ketika Nyejer di Puri Anom Tabanan, Hyang Suryo ber nostalgia, karena pada th 1957 pernah berada di Penebel desanya Senganan dirumah Adik Perempuan Bpk. Gede Sumadi yang waktu itu Pegawai Negri di Denpasar [juga belajar Ilmu tentang Majapahit pada Tetua/Sesepuh setempat], Kala itu bermain di sawah yang hijau berundak-undak didampingi Gadis kecil membawakan hasil buruan, yaitu Capung, Belalang yang ditangkap pakai getah nangka di lidi kemudian disambung pelepah daun pisang agar panjang, Mandi di Sungai berbatu, ada Pancurannya, Ternyata sampai kini tempat itu masih seperti yang dulu, hanya penduduknya berubah Moderen, ada jalan aspal, dulu jalan kaki di atas tanah, ada pasar. Terminal pokoknya maju sekali, tapi biarpun moderen Adat Budaya masih Lestari Pura-Pura Lama masih tegak berdiri, Odalan, Tetoyan, Caru dll tetap jalan sampai kapan pun, Inilah yang membuat Hyang Suryo menangis tersedu-sedu sampai membuat heran Orang Tua yang diajak ngobrol ketika bercerita Odalan, Pura, Adat setempat masih seperti 1957 dimana waktu itu istilah Hindu belum dikenal. karena belum lahir, Kini Mereka mengaku Ber Agama Hindu, tapi adat sebelum ada Hindu tetap mereka Lestarikan, yaitu semua Pura masih tempat Berstana nya Leluhur yang disebut Bhatara/Bhatari saking Wit Majapahit, jadi tidak sadar bahwa Para Leluhur Mjapahit yang Nejer di Puri Anom masih di Upacarai dan Punya Pelinggih/Persimpangan sampai Pelosok pedesaan dan tetep di Lestarikan sampai Kapunpun, mungkin selama Bali masih ada biarpun banyak yang tidak mengerti mereka tetap melesterikan dengan jawaban "MULA KETO" jadi Bali memang Majapahit. Jadi Pura Majapahit memang sudah di Tabanan sejak Zaman Majapahit Raja Bali Arya Kenceng , Biar Bumi bergoncang, Pemerintah memberi Agama Resmi Hindhu, Yang mengagumkan Praktek "SIWA- BUDHA" Majapahit tetap Dijalankan tanpa henti, inilah Ketika Hyang Suryo merenung di tepi Sungai berbatu tempatnya Bercengkrama dengan Gadis Desa mirip Pratima Leluhur Putri Majapahit yang tidak berbaju, hanya mengenakan Kain Batik/Kamen,  ketika itu sempat tersentak sadar disapa Gadis masa kini sambil membawa Honda Bebek mengenakan Celana Jin/Koboy berbaju Kaos bertulisan bahasa inggris sambil berkata "Makan sudah disiapkan, mari dipanggil Ibu pulang" Buyarlah Lamunan Masa Lalu Gadis kecil berbusana Majapahit yang mirip Patung-Patung kecil Terakota yang banyak ditemukan di Trowulan dan disebut "BALI AN"  karena mirip Orang Bali tempo Dulu, sebuah lagu Cina yang paling Pavorit mungkin semua orang hafal not nya berjudul "Wang Si Cening Wei Wei" artinya "MASA LALU YANG TAK TERLUPAKAN DAN TIDAK AKAN TERULANG LAGI" dan masih terbayang seperti baru kemarin sore, Sekelompok Gadis bermain sambil bernyanyi " Curik-Curik Tememplang Alang Alang Boko Boko Tiyang Meliii Poh He, Aji Satak Aji Satus Kepeng Enyet Enyet, Kemudian dua Gadis berpegangan Tangan melingkari Tubuh Hyang Suryo seolah ditangkap agar tidak bisa Lepas dan Lagu setelah menangkap Hyang Suryo dilanjutkan " Mare Bakat e Nak Bagus Keceng Enyet Enyet......Naaaaa Bakat" mungkin ini di Bali sudah langka, tapi golongan Tua mungkin masih bisa membayangkan kenangan ini, Permainan Putra Putri di Puri Zaman Dahulu, Permainan ini pun Dilakukan Di Keraton Majapahit, Daha, Kadiri, Jenggala, Kahuripan dll, Karena ini permainan Peninggalan Majapahit asli, di Jawa sudah punah 500 tahun yang lalu karena tidak adalagi Putra Putri Keraton Majapahit, yang ada Putra Putri Wali pakai jilbab main Terbangan dan Sam'roh an menyanyi bahasa Arab bawa Rebana/ Kempling/Kendang Tipis Khas Arab. kalau tidak salah lagunya " Ala wakbar Ala wakbar Ala Huwa Hu Akbaar...."[ditulis berdasarkan suara lagu] ini pemandangan di pedesaan Majapahit sekarang, sangat beda dengan di Bali, tahun 1964 muncul lagu -lagu baru di Bali kalau enggak salah " Ngijeng Cening jumah, Meme luwas malu...." juga "Rikalaning sedek dina Redite, jalan rurung pada rame keentasan, Bel sepede, bel Dokar ngempengan Kuping, Ngaje ngelod nganginan Ngengauhan..." demikianlah Bali masa Lalu dan Masa kini yang tetap Upacaranya di Pura-Pura yaitu Odalan, Tetoyan, Caru dll tetap lestari biarpun diterpa Globalisasi, Dahulu Bali masih banyak Mpu pembaca Lontar Tulisan Bali yang tiap malam membacakan Lontar, Pekak Penyarikan, Pekak Parentet, Tukak Made dll mereka semua telah tiada, sekarang Lontar disalin huruf ABC baru dibacakan, Pembaca Lontar sudah Jarang, Buku Sejarah Kadiri Terbitan Tan Koen Swie [dikirim Puri Gading awal 2009] masih seperti Lontar Bali bertulisan Aksara Jawa, dan yang ingin melihat silahkan datang ke Pura Ibu Majapahit diletak kan di Plangkiran belakang Ganesa Dwimuka dan selalu diberi Canang dan di Enyiti Dupa oleh Mangku GRP. Nokoprawirodipuro dari jawa. Buku ini sekarang dijadikan "Sejarah Kadiri" oleh Pemda Kediri, Era Orde Baru Buku ini dilarang dibaca dianggap melecehkan Agama Islam, sangat Ironis Sejarah Bangsa harus rela dihapus demi kehendak Segelintir Orang Jawa yang ikut Arab. sekali lagi ironis,- Pidato Terakhir Bung Karno "Jangan sekali-kali Meninggalkan Sejarah" terkenal dengan "JASMERAH" sebelum Beliau di Tahan pemerintah R.I yang didirikannya, yang sebelumnya Pengikut Beliau Ditumpas sampai Akarnya dan dituduh Komunis, Akhirnya Beliau Tewas masih dalam status Tahanan R.I, kemudian Ajaran, Buku-Buku yang mengandung Soekarno dilarang,- lagi lagi Ironis. Masa kini Orang merindukan membayangkan Kebesaran Majapahit Pemersatu Pencipta Pancasila, Kitab Negarakertagama sudah diterjemahkan [Puri Gading dibawakan Mangku Noko awal 2009] biarpun Menurut Ketua Yayasan Negarakertagama Bapak Harmoko sewaktu peresmian Petilasan Gajahmada di Lambang kuning Kertasana, dikatakan Sedang diterjemahkan tapi belum Tuntas, sebab sebagian yang di Leiden Belanda terbakar, Mungkin di Puri Bali ada yang menyimpan Terjemahan Lengkap, Seperti Babon Pararaton Aslinya masih ada, Dterjemahkan Jaman Islam jadi agar islam memperbolehkan terbit, di buatlah Ken Arok Perampok dan Pemerkosa, ini Pelecehan Leluhur, Tapi Beliau setuju di jelek kan demi Anak Cucu bisa mengetahui Sejarah Leluhurmya daripada tidak ada samasekali, Dan kita Akui Kehebatan Para Pujangga Yang Merekayasa Buku agar bisa tetap terbit, Tidak mungkin Bhatara Siwa putra Brahmaraja Perampok, Lihat Lontar Asli segudang di Gedong Kertiya Musium Buleleng, Tak satupun Lontar menjelek kan Bhatara Siwa, Karena di Jawa Buku-Buku Lontar Buda dibakar dan dilarang dibaca Masyarakat [Sejarah Kadiri] bahkan diera Orde Baru sama juga Buku yang tidak disenangi Islam dilarang, maka Orang menerbitkan ya agak direkayasa, ini sampai-sampai Orang Bali pun terseret kepikiran Arab ikut percaya Ken Arok Perampok, lagi lagi Ironis. Demikianlah ini sekedar penjelasan, diterima tidak pun tidak ada masalah, yang penting setidaknya kita berjuang membela Leluhur kita, seperti Bali biarpun Mulaketo, Kritis, suka mempertanyakan Leluhur, bahkan di debat, tapi biarkan, mereka toh tidak bisa lepas, Tetap pulang bersimpuh di Pura ikut Odalan kecuali yang Kawin dan berda di Jawa ikut Agama Suci Yang benar dan memang paling benar yaitu Islam. Yang nutup, Nyerbu, Nge Bom Pura Leluhur Kafir Majapahit, Ajaran Buda adalah Sabar, Bahkan Nabi Isa Putra Mariyam, Nabinya Kristen mengajarkan "Ditempeleng pipi kiri, berikan yang kanan" marilah kita meniru Buda "Jujur-Sabar-Narimo" semua ada Ahlinya, contoh Densus 88 ahli Teroris dan memang tugasnya, berhasil menangkap Ali Orang Arab pendana Teroris, Bahkan berhasil menembak Nurdin Top, sampai Dunia memberi ucapan Selamat, kecuali Antek Teroris tentunya marah, jadi serahkanlah Ahlinya, Kita tenang saja, Negara Kita punya AD, AU, AL, Polisi, Mentri, Presiden, DPR/MPR masak kalah sama Arab? Jangan Bangga dulu Ada Komentar Orang Orang Ngaku Kristen Alvatar berkata: Raja datang sebagai Raja, Hyang Suryo Cari Keris di Bali, disuru Cari didasar Laut, kita maklum Orang sekarang sangat Tolol, ngaku Kristen Tidak tahu sejarah Nabinya, Anggap Orang Gila, sudah jelas Isa/Jesus lahir di Kandang, dikejar-kejar Tentara Roma, sampai di Salib, disalibnya ditulisi INRI artinya Raja Orang Yahudi, jadi belum sempat jadi Raja sudah di Salib, Sampai-Sampai Santo Petrus Pendiri Gereja Katolik Leluhurnya Para Paus "Menyangkal tidak kenal Yesus Karena Takut dibunuh Tentara Roma" ini tidak dipelajari, Hati-Hatilah Ngaku beragama tertentu kalau tidak ngerti Agama yang dianut, Alvatar bisa di Gebuk ki Orang Kristen nanti, Hyang Suryo tidak pernah mengaku beragama, hanya ngaku BERA'GEMAN  Siwa-Buda, pernah diminta Darmawacana di Gereja Ngemingan Solo, bahkan di Undang ke Universitas Darul Ulum Jombang, Lulus Leidergrafd Uni Timur Jauh Misionary [Asia Timur Raya], Mangkanya jangan sok ngaku, kalau dapat pengakuan ya boleh lah, Ketika Hyang suryo Mendapat Penghargaan Hidu Muda Award 2006 bahkan mengaku bukan Hindu dan Trisandiya tidak bisa, dan Tidak berterimakasi atas penghargaan, Tapi akan mencerminkan Tingkah Laku sesuai Agama Hindu, silahkan Dinilai, jadi Oranglah yang mengakui bukan ngaku ngaku, Bahkan ada Orang Tokoh Agama Islam mengakui Hyang Suryo Islam dan dinamakan Bi Illmil Ulama [diberi surat penghargaan] ketika dijawab Hyang Suryo Bukan Islam, Sang Kiyai mengatakan Perbuatan Hyang Suryo Mrncerminkan Islam, entah Islam Aliran mana?

My Blog List

Text Widget

Text Widget