Translate Language of :
Home: R.I silahkan lanjut Translate bahasa asing Anda Chinese Simplified Korean Japanese Russian English French German Arabic Spain Italian Dutch

PUSAKA PURA MAJAPAHIT TOLAK HUJAN



Sekitar tahun 80 an  Sanggar Surya Kencana atau Pura Wilatikta  Terdaftar di Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Timur, Sedang ramainya Latihan Gamelan / Karawitan, Datang Seorang Tamu bernama Bapak Suwarno Tokoh Kejawen dari Desa Sumberan Kecamatan Karang Pilang Kabupaten Gresik Kewedanaan Gunung Kendeng sama wilayahnya dengan Pura Wilatikta Keprabon, Pria berwajah Hitam Legam berambut Keriting ini Terkenal sebagai Tokoh Sepiritual di Wilayah Sumberan dan Sumur Welut Daerah KKO / Marinir / Pusat Latihan Tempur TNI AL, juga Adiknya ikut yaitu Ustad Solikan Pegawai KUA Senduro Lumajang, menceritakan  Akan mengadakan Ruwat / Bersih Desa, Karena musim Hujan dan juga kebetulan hari itu Langit sedang gelap pekat hujan rintik rintik yang mengganggu Latihan Karawitan di jawa tidak kenal Kawitan {Koran Jawa nulis Pura Karawitan sanggar dianggap tempat Seni Karawitan}, disebabkan banyak yang tidak hadir, Diutarakan bahwa Kedatangannya untuk meminjam Pusaka Siwa Budha untuk menolak Hujan, sambil kemudian seorang Gadis Putri Bapak Kusen pegawai PDAM Surabaya bernama Hamsah membawa se tempeh Tumpeng Mendak, Tanpa Ragu Hyang Suryo {Turunan Brahmaraja ke XI) setelah Upacara Tumpeng Mendak di Doai Suwarno cara Jawa, menyerahkan Pusaka Siwa Budha kepada Gadis Hamsah agar di bawa / dipangku itu Pusaka untuk menjaga ke Sucian harus dibawa Gadis yang masih Suci ini Adat Kejawen setempat, Rombongan Tokoh Suwarno meninggalkan Pura Wilatikta atau Sanggar Karawitan Suryo Kencono Kuno dimana di dalam Sanggar ini Terdapat Tempat duduk BHATARA KAWITAN MAJAPAHIT, karena BATU INI ATASNYA MEMBEKAS BEKAS TEMPAT DUDUK SRI KERTARAJASA JAYA WISNU WARDHANA,{ Ngecap pantat} bila diduduki Sri Wilatikta Brahmaraja XI atau Hyang Suryo sangat PAS ukurannya seolah Pantat Hyang Surya terkunci di Batu dan tidak sakit diduduki karena lekukan Batu bagai dibuat untuk Beliau. dan didesa Keprabon inilah Raden Wijaya rapat mengatur strategi Pengusiran Tentara Tar Tar dan disini pula tempat bersembunyi waktu dikejar Tentara Jayakatwang tempat ini adalah  Kepala Gunung Kendeng, Demikianlah diceritakan Acara Ruwatan Sukses Bahkan Pak Lurah, Camat dan Tamu tamu datang sampai Basah Kuyup tapi Tempat Upacara Tidak Hujan, Bahkan Ustad Solikan tak henti henti nya menjaga Prapen / Tempat Dupa tapi yang dibakar Kayu Serbuk Cendana yang banyak terdapat di Sumberan, mengenai Dupa Cina memang Langka hampir tidak di kenal karna tak ada yang jual dan Adat Cina masih dilarang waktu itu, Acara Ludrukan, Wayangan Semalam Suntuk, malah Istri Bapak Suwarno Gembira Bir nya laku puluhan Kerat karena Acara semalam Suntuk, ada Juga "Tayuban" mirip Joget Bumbung di Bali mereka "Ngibing dengan Teledek / Penari Tayub" Kalau Sinden Penyanyi di Wayang Kulit, penarinya Teledek namanya dalam tari Tayub, Penari Laki disebut Jaranan bisa makan beling / Semprong kaca, akhirnya ketika Upacara selesai Pusaka tidak segera di pulangkan tapi mampir Rumah Bapak Suwarno Akibat nya serumah Kesurupan semua akhirnya desa Geger / ribut / panik Kebingungan lha Serumah Kesurupan, Kejang Kejang Teriak Teriak berbahasa yang sulit di mengerti lalu Tokoh tokoh Masyarakat Menyusul Hyang Suryo untuk mengatasi, dengan naik Dokar bersama Para Tokoh Agama menuju desa Sumberan, dan Dengan Air tapi disemburkan melalui mulut akhirnya semua Sembuh, dan Pusaka dibawa "Sulianah" juga masih Gadis Adik Kandung Bungsu Bapak Suwarno di pulangkan ke Pura Wilatikta / Sanggar Suryo Kencono, Suwarno tidak bisa ikut yang tubuhnya lemas tidak bisa bangun 3 hari akibat jungkir balik waktu Kesurupan, kaki dan tangannya keseleo tulangnya untung tidak patah hanya bengkak biru kepalanya menghantam /terbentur cagak / tiang rumah dan mentol / bengkak sebesar Telur ayam kampung,- Keesokannya Hyang Suryo dimarahi Pak De nya Suwarno " Sampean Cinten yo" tanya Orang Tua baju hitam Kopiah hitam " Iyo Mbah" jawab Hyang Surya " Sampean iku Nyapo kok mbelo Jowo" kata si Mbah, dijawab "Lho Mbah, sampean mangan opo bendinane?" dijawab " Wos, niku katah" sambil tangannya menunjuk sawah ada padi menguning, Hyang Suryo berbisik agak keras sambil berkata dekat telinga si Mbah "Mbah, sampean lek Ngencok Cruuut enak dek endi?" si Mbah tertawa dan menjawab " Sampean iki enek enek wae, yo ndek dukure Bayang"  Hyang Suryo sambil tertawa juga balas bertanya "Bayange mancek ndek ndi mbah?" dijawab "YO NDEK LEMAH;" kontan Hyang Suryo Tertawa sambil tulunjuknya menunjuk tanah " Lhaiyo Mbah bayange mancik lemah Jowo, sampean Mbadok, Ngencuk, enak enak an ndek Tanah Jowo, yo mestine Sampean kudu Belo Jowo, kok takok Aku? wah wah wah sampean iki lucu Mbah" Kemudian Hyang Suryo yang Turunan ke sebelas Sri Wilatikta Brahmaraja ini meninggalkan Si Mbah sambil Tertawa, si Mbah senyum kecut, belakangan ketemu si Mbah sedang naik Sepeda Ontel langsung lepas tangan memberi Hormat " Yaaang..." Krosoook sepedanya jatuh masuk parit pinggir jalan untung berumput, Hyang Suryo dengan cekatan menolong, Setang / Setir Sepeda Bengkok lalu Hyang Suryo menjepit Ban dan Garpu / Fork sepeda tua itu dengan paha, dan Stir / Stang ditarik "greek" agar lurus lagi " Adoh, Mbah Ati ati la kok cul tangan.. Akrobat ta?" si Mbah tak bisa menjawab hanya meringis memegangi pinggang nya kena hantam sadel kulit sepedanya yang juga bengkok tapi gampang hanya diputer tangan lurus lagi, Akhirnya sambil mengangkat tangan mirip hormat si Mbah pergi mengayuh sepeda tuanya yang tidak ada Rem, maupun Berko nya. dan menghilang di tikungan kuburan tua dan kopiah dekil nya ketinggalan, Hyang Seryo memandang sambil geleng geleng kepala menenteng kopiah si Mbah{Cinone Gela Gelo kata Prabu Jayabaya}, Wong Jowo Kari separo, Londo sejodo,- inilah Cerita Kisah nyata tentang Ruwat / Bersih Desa agar Dah Hyang / Danyang / yang Mbaurekso / Yang Membabat pertama Desa itu memberi Barokah Panen Berhasil Sumber Air Lancar, pokok nya ingin Selamat lah Desa itu, ini Adat Turun Temurun yang kebanyakan sudah di berantas Tokoh Agama Islam karena Musrik, Tapi bila Tokoh Tokoh Desa nya masih kuat Kejawennya {Merasa Orang Jawa bukan Arab} dan Kepala Desa masih mendukung, atau ada Tokoh yang di Segani masih ada acara ini akan lestari, Tapi kalau Tokoh Islamnya kuat apalagi didukung Aparat maka punahlah acara ini,- Waktu itu kepala desa Turunan jadi agak lestari. Contoh Kepala Desa Sumut Welut dengan pakaian Dinas didadanya ada Keplek nya mengantar Hyang Suryo dan MR, Youw untuk mancing di Kolam desa Yang dipeliharai Ikan, kalau Orang lain tidak boleh mancing dimarahi penduduk, Lha saking hormat nya Hyang Surya Lurah Tua bernama "ASNADI" kerabat nya bernama Senadi Guru Kejawen Pegawai PAL Tanjung Perak, Hyang Suryo bila Mancing harus dikawal Lurah yang rela meninggalkan Dinas untuk ngawal mancing, padahal yang mancing Bos MR. YOUW bersama Salam Sutanto Ketua Persatuan Kinologi Jawa Timur {PERKIN atau Pasukan K IX Polda Jatim}lagi memborong Perumahan Brimob POLRI Japanan Porong era KAPOLRI Jendral Anton Soedjarwo Orang Kejawen yang senang Nepi di Candi Jolotundo pengawalnya Mbah Prayogining Jagat Provost Polda Jatim dll Polisi Kejawen, kembali ke Desa Sumberan jauh dari jalan Raya aspal jadi masuk ke persawahan wilayah Gunung Kendeng agak berbukit tapi subur ada Telaga Alam mangkanya disebut desa Sumberan / sumber mata air, Ustad Solikan Pegawai KUA Senduro Lumajang entah sekarang apa masih di Senduro atau pindah Depag dimana tak ada kabar, Beliau saksi hidup yang menghidupkan Dupa / Asap semalaman agar tidak Hujan dan menjaga Pusaka yang di TANCAP kan di Latar / Tanah tak jauh dari tempat upacara tapi terlindung pandangan umum'  Suwarno seorang Pemborong Bangunan banyak Pabrik Orang Cina yang sering  ke Sanggar memberi kerjaan, karena biarpun Borongan / harian Pak Suwarno yang Kejawen Kerjanya Bagus dan Cepat, jadi Proyek sambung menyambung, Untuk Sanggar Suwarno selalu membantu tanpa mau dibayar / Ngayah Bali nya, Pernah membangun tempat Ikan Naga Mas / Cin Lung I di Sanggar hadiah Ncek Guing Pabrik Sepeda BMX Pasuruan, suatu ketika tempat ikan di Kuras Airnya diganti semua lha Ikan nya Kelenger mati, Oleh Pak Suwarno di tangisi dan di bungkus kain putih Ikan Naga Pembawa Rejeki itu di makamkan, juga membangun Kamar mandi, Pendopo dll Sanggar Suryo Kencono / Pura Wilatikta, Pendopo Mbah Ireng juga Suwarno yang membangun dibantu Suprayogi Provost Polda Jatim dengan membawa Pik Up Polda ngangkuti bahan Bangunan, Lurah / Kepala Desa Letnan TNI AL Drs. Haryono mendukung, juga RM Tjokrohadiningrat Ketua Sanggar Surya Kencana / Pura Wilatikta, Beliau Putra Jendral Pertama di Indonesia Jendral Oeripsoemohardjo nama Jalan kelas di Surabaya, Kiyai Askandar pernah ngawal Bung Karno di Bengkulu, Mbah Seno bekas HEIHO Angkatan Laut Jepang, Mbah Soemohardjo Pensiunan Polisi, Mbah Sampurnaning Jagat dari Perambanan, Romo Bagong dll, Khusus Embah Askandar Beliau pernah di Tambang Mas Lebong Tandai menyebut Nama Tuan Kayima, Kapten Hutabarat, Beliau melihat ada Tahanan Wanita Belanda, jangan jangan Pilot sipil Wanita yang hilang di Hawai dalam penerbangan pada Jaman Jepang {ditayangkan di Metro TV kalau tidak salah kisah pilot yang hilang dengan pesawat kuno baling baling} setelah nonton Tayangan Metro Penulis ingat cerita Askandar tentang Pengalaman di Lebongtandai, Muko Muko, Tambang Mas salah satu nama lupa pernah masuk TV Direktur Tambang Mas, Beliau di Surabaya pegawai Herderman seken [Tulisan ejaan kata/suara Beliau], dan dikirim ke Tambang Mas sebelum jepang masuk, jepang masuk "Mana Sukarno" katanya, dan Askandar ikut Tentara Republik komandannya Kapten Hutabarat, balik Surabaya pegawai PAL ahli BUBUT kemudian pensiun / berhenti tidak jelas, Beliau cerita punya ilmu dan tidak punya anak akhirnya punya istri di Kepabon berhasil punya anak 3 , 2 perempuan, Kepada Penulis banyak cerita tentang pengalamannya, bahkan cerita ini mungkin tidak di ceritakan anak anak nya karena waktu itu masih kecil dan lugu, istrinya masih makan sirih dan sangat Ke Desa an, sedang Kiyai Askandar sangat Luas Pengalamannya hanya mau bergaul dengan orang yang Mengerti. Bahkan selalu membanggakan Ketuannya yang jaman Belanda menangi, tanpa mengungkap umurnya, Untuk cerita detail tidak etis disini, jadi bisa dilacak nanti itu Pilot Wanita kan ada DNA,- demikianlah ini cerita Kasunyatan di Hari Galungan mudah mudah an menjadi Sejarah Dunia, tentang Pusaka Majapahit bisa Nolak Hujan, Merobohkan Beringin, Nolak Wereng di Tanah Lot  dll dsb dst,-{diketik Gusti Heker sedang Nangkil Galungan bersama istri}blog ini baru dibuka blokirnya, sebelumnya terblokir sudah dicoret. tidak bisa terbitkan berita,-

My Blog List

Text Widget

Text Widget