Translate Language of :
Home: R.I silahkan lanjut Translate bahasa asing Anda Chinese Simplified Korean Japanese Russian English French German Arabic Spain Italian Dutch

Menyibak Hubungan Niskala Majapahit-Bali dari Pratima Ganesha-Kala




Menyibak Hubungan Niskala Majapahit-Bali dari Pratima Ganesha-Kala

Rangkaian meja upacara letter hurup L tertata di balai areal Candi Ibu Majapahit, Jimbaran. Sebuah meja lengkap dengan banten upakara berdiri di depannya. Di atas meja itulah diletakkan pratima Ganesha dua muka (gajah dan kala). Diyakini pratima itu simbolis ritual caru rsi gana di Majapahit-Bali. JIMBARAN - Siang itu langit begitu bersih. Areal Candi Ibu Majapahit di Puri Gading, Jimbaran tampak lengang. Hanya tampak Hyang Suryo (Sri Brahmaraja Wilatikta XI), Mangku Noko Prawira, Komang Edy (Mbiyokong Klenteng Sinar Emas/ Cin Kwang Si), serta tiga orang pemedak di areal candi yang menyatu dengan Klenteng Cin Kwang Si tersebut.Karpet empuk warna hijau ukuran 4x5 meter terhampar di balai. Persisnya jadi alas meja persembahyangan tempat Pratima Ganesha-Kala di-stanakan tersebut. ''Pratima Ganesha-Kala ini kami ambil dari Trowulan, Mojokerto, Jatim,'' kisah Hyang Suryo, mengawali wawancara dengan koran ini, tiga hari lalu. Sesekali Hyang Suryo menghalau seekor anjing putih yang coba mendekat ke karpet. Bagaimana bisa dibawa ke Bali? Ini bermula permintaan World Hindu Youth Organisation (WHYO) terkait 2nd Ganesha Caturthi Festival 2008 yang dilakukan pada 6-7 September lalu di Pura Jagatnatha dan Pantai Matahari Terbit, Sanur, Denpasar. Yakni, dirangkaikan dengan ritual Caru Rsi Gana Jagat Raya (Redite Pon Wuku Medangsia Sasih Katiga Tahun Saka 1930).Berangkat dari keyakinan mereka, kegiatan ini bertujuan, menguatkan kembali pemahanan nilai spiritual Dewa Ganesha. Terkait tugas beliau sebagai Dewa Kebijaksanaan, Penolak Bala, dan Penglukatan. Makanya, dari ritual tersebut dimaksudkan sebagai upaya pembersihan dunia lewat permohonan kekuatan penglukatan Dewa Ganesha. Di luar agenda WHYO tersebut, Hyang Suryo sendiri ngaku sebelumnya menerima pawisik. Yakni, soal hubungan ritual caru rsi gana dengan keberadaan pratima Ganesha-Kala tersebut. ''Bermula saya melihat orang Bali saat melakukan upacara caru rsi gana melakukan gerakan pembersihan juga membawa bendera bergambar Ganesha,'' beber Hyang Suryo.Dari situlah dia berpikir (selain juga menerima pawisik), ternyata pratima peninggalan kakek-neneknya: Mbah Gede Ngadri-Mbah Putri Gading Ludoyo (Gebang Lor, Blitar). Dia mengotak-atik pawisiknya dengan teori sederhana saja. Soal pratima Ganesha yang dicocokkan dengan bendera Ganesha di Bali. Lantas kepala kala yang disimbolkan (di Jawa) sebagai sarana untuk upacara ruwatan. Dan, ujung-ujungnya ada kemiripan. ''Dalam hati, saya bertanya-tanya kok orang Bali upacara ngruwat (ruwatan/odalan/ pembersihan, Red) pakai nggawe (memakai, Red) Ganesha,'' urainya, mengungkapkan rasa penasaran sebelumnya. Dengan bahasa sederhana pula, Hyang Suryo mengurai kalimat caru rsi gana. Di mana, caru dimaknai sebagai kegiatan ruwatan yang di Jawa dikatakan identik dengan kala. Sedang rsi gana dimaknai dengan simbolis Ganesha tersebut.Rupanya, tanda tanya tersebut akhirnya terjawab di ada rangkaian ritual (WHYO) di Pura Jagatnatha, Denpasar, pada 6-7 September lalu. Saat itu saya bertanya kepada Ida Pedanda Made Gunung soal pecaruan rsi gana yang dikaitkan dengan keberdaan pratima Ganesha-Kala tersebut. ''Dan Ida Peranda Sebali Tinyar menjawab benar. Maka, terbukalah rahasia ritual dari pratima peninggalan Majapahit dengan persembahyangan orang Hindu Bali tersebut,'' bebernya senang sambil ngaku setelah sekitar ratusan tahun rahasia itu terungkap. (djoko heru setiyawan) Dari Trowulan via Darat SELAMA ini pratima Ganesha-Kala tersimpan di Puri Surya Majapahit Pusat di Trowulan, Jatim. Sebelum pada Jumat (5/9) lalu masuk Bali via darat.Tapi, sebelum dibawa ke Bali, selama di Jatim mulai 2 September lalu dikirab ke Candi Simping di Desa Jimbe, Blitar. Juga ke candi-candi lainnya.Lantas masuk Bali via Gilimanuk, Jembrana. Selama perjalanan Gilimanuk ke Candi Ibu Majapahit, Puri Gadung, Jimbaran, terlebih dahulu dibawa mampir ke beberapa pura dalam perjalanan. Salah satunya ke Pura Rambut Siwi, Jembrana.Lantas pada Sabtu (6/9) dibawa keliling Denpasar sebelum nyejer di Pura Jagatnatha, sehari semalam. Terkait rangkaian ritual kirab Pratima Ganesha dengan rute Pura Jagatnatha-Pantai Matahari Terbit, Sanur, dilakukan pakemitan di Jagatnatha pada Sabtu malam.Saat itulah, pratima ini disambut tarian barongsai dari Kongco Dwipayana, Tanah Kilap, Denpasar. Selama pratima di Jagatnatha, banyak umat hadir. Ada yang berdoa, minta berkah, hingga kerauhan. ''Ada yang istimewa, malam itu saat pratima Ganesha-Kala di Jagatnatha hampir semua wilayah Denpasar diguyur hujan, tapi di Pura Jagatnatha tak turun hujan,'' papar Mangku Noko Prawira.Begitu juga ketika dilakukan kirab ke Pantai Matahari Terbit. Pratima itu dibawa Hyang Suryo yang naik dokar, selama perjalanan, kuda penarik dokar meringkik (ala kuda jingkrak) terus menerus. ''Ini kami duga kuda tersebut terpengaruh kuatnya tuah pratima Ganesha-Kala,'' sambungnya. (djo)BERJODOH DENGAN KERIS GANESHA DAN TOMBAK KALA KEANEHAN lain yang diakui Hyang Suryo semenjak pratima Ganesha-Kala di Bali. Ternyata, ketemu jodohnya, bisa disebut pengawal. Karena ternyata, dari koleksi ratusan keris Hyang Suryo di areal Candi Ibu Majapahit, ada sebilah keris Ganesha dan tombak bermotif kala. ''Ini memang jodoh. Dari ratusan keris yang saya miliki, semuanya berpasangan. Kecuali keris Ganesha ini. Tak tahunya berjodoh dengan pratima Ganesha-Kala. Begitu juga tombak kalanya,'' ungkap Hyang Suryo yang lantas menjajarkan kedua senjata itu di kanan dan kiri pratima.Kejadian lain yang dinilai berbau niskala adalah saat dilakukan ritual di Pantai Matahari terbit, Sanur, terkait kirab pusaka WHOY tersebut.Saat itu, wakil umat India (rombongan Agni Hotra) hendak melalukan ritual pakelem di laut Sanur. Mereka membawa enam buah arca Ganesha. Saat yang sama, umat juga diberi kesempatan berdoa di sekitar pratima Ganesha-Kala yang nyejer di pantai tersebut.Tiba-tiba, di tengah pakelem, ada pemedak (dipanggil Ibu Eka) kerauhan. ''Lebih baik saya saja yang ditenggelamkan ke laut. Arca Ganesha ini jangan,'' kata Eka seperti ditirukan Hyang Suryo.Diuraikan, saat bicara demikian, Eka memegang erat salah satu arca Ganesha yang hendak dilarung ke laut. Dan, akhirnya satu arca ini tak jadi dilarung. Sehingga, yang dilarung hanya lima arca saja. ''Kini arca Ganesha yang tak jadi dilarung itu kami tempatkan di gerbang Candi Ibu Majapahit ini,'' beber Hyang Suryo sambil mendongak menunjukkan arca dimaksud di depan balai tempat wawancara.

sumber: Radar Bali
[ Sabtu, 20 September 2008 ]

Upaya ''Mengakrabkan'' Generasi Muda dengan Warisan Budaya



Selama dua minggu, dari 20 Juli hingga 2 Agustus 2003, berlangsung pameran benda-benda pusaka di Gedung Ksirarnawa Art Center, Taman Budaya Bali. Benda-benda pusaka yang diperlihatkan kepada publik itu berasal dari beberapa periode -- zaman Majapahit, Singosari, Pajajaran, Kasunanan, Kasultanan dan Kadipaten. Selain benda pusaka berupa tosan aji -- keris, tombak, cundrik -- dan lain-lain juga dipamerkan benda-benda keramat seperti pratima Pura Majapahit, pratima Raja Brawijaya di Candi Simping dan batu pusaka Pura Dalem Solo Bali. Pertanyaannya, apa sesungguhnya tujuan dipamerkan benda-benda itu? Kenapa yang keramat juga diperlihatkan kepada publik?
-------------------------------------
Pameran yang dibuka Kadis Pendidikan Propinsi Bali Gusti Ngurah Oka, S.E. itu memiliki makna tersendiri. Selain, berupaya untuk ''mengakrabkan'' generasi muda kepada benda-benda pusaka, pameran itu sesungguhnya memberi gambaran kepada masyarakat bahwa sejak lama para nenek moyang bangsa Indonesia memiliki keahlian menciptakan senjata. Tidak hanya tajam secara fisik, juga diyakini memiliki yoni -- kekuatan gaib.
Ketua Panitia Pameran Dr. RM Heng Roos Gianto, M.Si. mengatakan, selama ini ada kesan bahwa generasi muda ''takut'' terhadap benda-benda pusaka. Demikian juga benda-benda yang dikeramatkan. Bahkan, keberadaan benda-benda keramat seolah-olah ditutup-tutupi.
Karena itu, selain senjata pusaka, dalam pameran kali ini sejumlah benda pusaka pada masa Kerajaan Majapahit ikut diperlihatkan kepada masyarakat, khususnya Bali. ''Kita berharap agar generasi muda akrab dengan budaya warisan nenek moyang bangsa ini, dan tidak silau pada budaya asing,'' katanya.
Benda-benda pusaka Pura Majapahit yang dipamerkan di antaranya satu paket leluhur Singalayapara. Benda yang dikeramatkan itu terbuat dari perunggu, kuningan dan emas berupa arca leluhur putri Majapahit yang dimanifestasikan Ratu Mas Magelung atau Dewi Kwan Im.
Di samping itu, ada bedug Singa Ludaya, arca Dewi Suhita atau Ratu Galuh Kencana -- putri Majapahit -- topeng Gajahmada, lukisan keramik dan lain-lain. Pada zaman Majapahit, tiap ujung kiri tempat pemujaan leluhur diberi tambur atau bedug. Hal itu masih dilakukan sampai kini, kendati tidak ditabuh.
Panditoratu Pura Majapahit Hyang Suryo Wilatikno mengatakan, benda-benda pusaka itu memang dikeramatkan di Pura Majapahit.
Kenapa benda-benda tersebut diperlihatkan kepada masyarakat umum, Hyang Suryo memiliki alasan yang mendasar. Selama ini, katanya, Pura Majapahit ditutup atau disegel oleh pihak berwajib. Kegiatan ritual dan aktivitas lainnya dilarang. Bahkan, ada isu ingin dibom oleh pihak tertentu. Karena ditutup, tentu umat tidak sempat tangkil ke pura tersebut --yang mana di sana terdapat sejumlah benda pusaka pada masa Kerajaan Majapahit.
''Itu makanya kami memamerkan benda-benda tersebut, dengan harapan masyarakat tahu bahwa inilah benda pusaka yang distanakan di Pura Majapahit Trowulan,'' ujarnya didampingi Yanto (Islam) dan Ajun (Buddha) -- dua orang yang berbeda agama, tetapi memiliki garis luluhur yang sama, Majapahit.
Sebelumnya, kata Hyang Suryo, benda-benda pusaka itu berada terpencar di sejumlah tempat. Bahkan, ada yang disimpan oleh beberapa keluarga. Setelah Pura Majapahit berdiri tahun 1997, benda-benda itu disimpan di pererepan Pura tersebut.
Hyang Suryo yang mengaku keturunan ke-11 Kerajaan Majapahit hasil perkawinan Brahma Raja Wilatikno dengan putri Cina bernama Li Yu Lan itu mengatakan, benda-benda pusaka tersebut ''dipelihara'' oleh mereka yang memiliki garis keturunan Majapahit. ''Kendati mereka berbeda agama, sampai saat ini tetap pada tradisi nenek moyangnya,'' kata peraih bintang dharma dan bakti budaya tersebut.

SEJARAH MAJAPAHIT=MAHARAJA PURA HITTA





MAJAPAHIT
Majapahit adalah sebuah kerajaan kuno di Indonesia yang pernah berdiri dari sekitar tahun 1293 hingga 1500 M. Kerajaan ini mencapai puncak kejayaannya pada masa kekuasaan Hayam Wuruk, yang berkuasa dari tahun 1350 hingga 1389. Majapahit menguasai kerajaan kerajaan lainnya di semenanjung Malaya, Borneo, Sumatra, Bali, dan Filipina. Kerajaan Majapahit adalah kerajaan Hindu terakhir di semenanjung Malaya dan dianggap sebagai salah satu dari negara terbesar dalam sejarah Indonesia. Kekuasaannya terbentang di Sumatra, semenanjung Malaya, Borneo dan Indonesia timur, meskipun wilayah kekuasaannya masih Hanya terdapat sedikit bukti fisik sisa-sisa Majapahit, dan sejarahnya tidak jelas. Sementara itu, Nagarakertagama merupakan puisi Jawa Kuno yang ditulis pada masa keemasan Majapahit di bawah pemerintahan Hayam Wuruk. Setelah masa itu, hal yang terjadi tidaklah jelas{pemerintahan berganti Islam, pencatatan sejarah dihilangkan} Selain itu, terdapat beberapa prasasti dalam bahasa Jawa Kuno maupun catatan sejarah dari Tiongkok dan negara-negara lain. Namun demikian, banyak pula sarjana yang beranggapan bahwa garis besar sumber-sumber tersebut dapat diterima karena sejalan dengan catatan sejarah dari Tiongkok, khususnya daftar penguasa dan keadaan kerajaan yang tampak cukup pasti{Tiongkok pencatat sejarah paling canggih}
Sejarah Majapahit
Sesudah Singhasari mengusir Sriwijaya dari Jawa secara keseluruhan pada tahun 1290, Singhasari menjadi kerajaan paling kuat di wilayah tersebut. Hal ini menjadi perhatian Kubilai Khan, penguasa Dinasti Yuan di Tiongkok. Ia mengirim utusan yang bernama Meng Chi ke Singhasari yang menuntut upeti. Kertanagara, penguasa kerajaan Singhasari yang terakhir, menolak untuk membayar upeti dan mempermalukan utusan tersebut dengan merusak wajahnya dan memotong telinganya. Kublai Khan marah dan lalu memberangkatkan ekspedisi besar ke Jawa tahun 1293. Ketika itu, Jayakatwang, adipati Kediri, sudah membunuh Kertanagara. Atas saran Aria Wiraraja, Jayakatwang memberikan pengampunan kepada Raden Wijaya, menantu Kertanegara, yang datang menyerahkan diri. Raden Wijayakemudian diberi hutan Tarik. Ia membuka hutan itu dan membangun desa baru. Desa itu dinamai Majapahit , yang namanya diambil dari buah maja, dan rasa "pahit" dari buah tersebut. Ketika pasukan Mongolia tiba, Wijaya bersekutu dengan pasukan Mongolia untuk bertempur melawan Jayakatwang. Raden Wijaya berbalik menyerang sekutu Mongolnya sehingga memaksa mereka menarik pulang kembali pasukannya secara kalang-kabut karena mereka berada di teritori asing. Saat itu juga merupakan kesempatan terakhir mereka untuk menangkap angin muson agar dapat pulang, atau mereka harus terpaksa menunggu enam bulan lagi di pulau yang asing. Tanggal pasti yang digunakan sebagai tanggal kelahiran kerajaan Majapahit adalah hari penobatan Raden Wijaya sebagai raja, yaitu pada tanggal 10 November 1293. Ia dinobatkan dengan nama resmi Kertarajasa Jayawardhana. Kerajaan ini menghadapi masalah. Beberapa orang terpercaya Kertarajasa, termasuk Ranggalawe, Sora, dan Nambi memberontak melawannya, meskipun pemberontakan tersebut tidak berhasil. Slamet Muljana menduga bahwa mahapatih Halayudha lah yang melakukan konspirasi untuk menjatuhkan semua orang terpercaya raja, agar ia dapat mencapai posisi tertinggi dalam pemerintahan. Namun setelah kematian pemberontak terakhir (Kuti), Halayudha ditangkap dan dipenjara, dan lalu dihukum mati. Wijaya meninggal dunia pada tahun 1309. Anak dan penerus Wijaya, Jayanegara, adalah penguasa yang jahat dan amoral. Ia digelari Kala Gemet , yang berarti "penjahat lemah". Pada tahun 1328, Jayanegara dibunuh oleh tabibnya, Tanca. Ibu tirinya yaitu Gayatri Rajapatni seharusnya menggantikannya, akan tetapi Rajapatni memilih mengundurkan diri dari istana dan menjadi pendeta wanita. Rajapatni menunjuk anak perempuannya Tribhuwana Wijayatunggadewi untuk menjadi ratu Majapahit. Selama kekuasaan Tribhuwana, kerajaan Majapahit berkembang menjadi lebih besar dan terkenal di daerah tersebut. Tribhuwana menguasai Majapahit sampai kematian ibunya pada tahun 1350. Ia diteruskan oleh putranya, Hayam Wuruk.
Hayam Wuruk, juga disebut Rajasanagara, memerintah Majapahit dari tahun 1350 hingga 1389. Pada masanya, Majapahit mencapai puncak kejayaannya dengan bantuan mahapatihnya, Gajah Mada. Di bawah perintah Gajah Mada (1313–1364), Majapahit menguasai lebih banyak wilayah. kekuasaan tersebut tampaknya tidaklah berada di bawah kekuasaan terpusat Majapahit, tetapi terhubungkan satu sama lain oleh perdagangan, oleh raja Majapahit yang juga memiliki hubungan dengan Campa, Kamboja, Siam, Birma bagian selatan, dan Vietnam, dan bahkan mengirim duta-dutanya ke Tiongkok.
Sesudah mencapai puncaknya pada abad ke-14, kekuasaan Majapahit berangsur-angsur melemah, yaitu berawal pada kondisi konflik sosial politik pada awal Kesultanan Demak di bawah pimpinan Raden Patah. Perlakuan Raden Patah kepada sang ayah Prabu Brawijaya dinilai sangat keterlaluan. Sebagai Raja yang masih resmi menjabat, Prabu Brawijaya digulingkan dari tahtanya secara mengenaskan, dengan dukungan Para Wali, yang akhirnya kekuasaan Keraton Majapahit pindah ke Kasultanan Demak, hal tersebut ditulis dalam Suluk Darmo Gandul yang terdiri atas 17 Pupuh, (Pupuh I ; Dhandhanggula, Pupuh II ; Asmaradana, Pupuh III ; Dhandhanggula, Pupuh IV ; Pangkur, Pupuh V ; Sinom, Pupuh VI ; Dhandhanggula, Pupuh VII ; Sinom, Pupuh VIII ; Pangkur, Pupuh IX ; Asmaradana, Pupuh X ; Dhandhanggula, Pupuh XI ; Mijil, Pupuh XII ; Kinanthi, Pupuh XIII ; Megatruh, Pupuh XIV ; Pocung, Pupuh XV ; Asmaradana, Pupuh XVI ; Girisa, dan Pupuh XVII ; Kinanthi), 133 halaman, dengan ukuran 32,5 cm x 21 cm. Suluk ini ditulis oleh Ki Kalamwadi berdasarkan keterangan penjelasan gurunya yang bernama Raden Budi, saat penulisannya pada tanggal 23, hari Sabtu Legi, bulan Ruwah, tahun Je, Windu Sancaya, musim 6, Aryang, Wuku Wukir dengan Sengkalan Wuk Guneng Ngesthi Nata, yang kemudian dipaparkan kepada muridnya bernama Darmo Gandul.
Selama menjabat sebagai Raja, Prabu Brawijaya ditemani oleh abdi dalem Keraton Majapahit yaitu Sabdo Palon dan Noyo Genggong. Kedua abdi dalem tersebut sangat populer di kalangan Masyarakat Jawa, dengan Ramalan Ghaibnya yaitu Sabdo Palon dan Noyo Genggong.
Ramalan Sabdo Palon dan Noyo Genggong dapat dipergunakan sebagai acuan untuk melihat gejolak sejarah, jatuhnya Majapahit. sabdo Palon berjanji Setelah 500 tahun keruntuhan Majapahit akan kembali dengan Momongannya untuk mengembalikan kejayaan Majapahit. Ciri-ciri momongannya: Kelak bila ada Orang Jawa yang nama nya TUA bersenjatakan Kaweruh/Kasunyatan yang akan menyadarkan orang jawa akan kabenaran dan kekeliruan Agemannya. Selama 500 tahun sejak bergantinya pemerintahan islam, Jawa mengalami kemunduran Akibat Budaya islam tidak lagi memuja Para Leluhur di Candi-candi yang hancur dan terbengkalai dianggap tempat musrik. Hingga akhirnya dijajah Belanda{kristen} selama 350 tahun, Berkat keyakinan Ramalan Jayabaya Bung Karno berhasil memerdekakan bangsa ini. Bung Karno ingin mengembalikan sistem Majapahit dengan Pancasila Bhinneka Tunggal Ika Tanhana Darma Mangruwa yang berhasil menyatukan Nusantara, tapi karena Ajaran ini kurang dikenal dan dianggap Galian ilmu Majapahit, sedang sebagian besar orang telah mengenal ilmu Arab yang bertentangan dengan Majapahit, contoh : Arab {islam} dengan saudaranya Israel{kristen} perang, selain islam dianggap kafir, sedang ajaran Pancasila Kerukunan/persatuan contoh dalam negri perang Ambon, poso, Ahmadiah dibubarkan, Saptodarmo dihancurkan, Pura Majapahit Trowulan ditutup dll. Jadi jelas Sariah islam bertentangan dengan ilmu Majapahit yang Adiluhung. Akhirnya Bung Karno[penggali Pancasila/pendiri R.I] dijatuhkan, sebelumnya pengikutnya ditumpas sampai akarnya, diteruskan Orba. Dimana sekarang Arab yang Padang pasir minyaknya akan habis mencari daerah baru untuk membangun kekuatan menguasai Dunia, pilihan jatuh Indonesia yang subur makmur gemah ripah loh jinawi, kayu ditancap tumbuh, air melimpah, penduduknya bodoh mudah ditipu, contoh Tanahnya sendiri subur makmur malah menyucikan tanah arab yang kering krontang, di TV bahkan banyak bangsa kita hidup dibawah jembatan di arab, pulang mati pun banyak wanitanya, Ali orang arab ditangkap membiayai pengeboman, Nurdin top dilindungi dikasih istri dan anak agar sulit ditangkap, teroris dianggap pahlawan dll dsb dst. Jadi jelas Para Leluhur Nusantara Marah melihat penduduk/keturunannya sudah murtad tidak menghargai tanahnya yang subur makmur. Impian rak'yat kecil tentang keadilan dan kemakmuran temtu bisa menggugah Sabdopalon. Budaya Nyuguh, Odalan, Caru dll hanya lestari di Bali, dilain tempat tidak dilakasanakan, tanah diambil/dikuras hasilnya tanpa dikembalikan upacara untuk Leluhur Nusantara, akhirnya Sabdopalon marah mewujutkan janjinya. contoh Angin Agung Anggergisi di tv Banyak Angin besar menghancurkan, Lindu pengpitu sedino, Gempa melanda, banjir bandang, Pageblug penyakit dll bencana akan melanda. Toh mesyarakat tetap tidak Eling tetap kukuh ajaran Allah, ajaran jalan Tol. contoh mau bikin KTP dari RT, Lurah baru Camat masak langsung nyelonong? demikian pula ke Tuhan kan melalui Leluhur yang menciptakan kita dengan cinta, bukan perang. Jaman Majapahit bisa Gemah Ripah Loh Jinawi, upcara Srada di Candi Leluhur diperbesar. orang Cina makmur karena memuja Leluhur/Makco/Kongco biarpun dianggap kafir, Bali makmur tidak ada orang mati di Arab, akibat selalu Odalan, caru dll, yang uangnya di belanjakan dipasar dinikmati bangsa sendiri, bukan hilang ke arab. ini hanya contoh soal, mau percaya of tidak terserah anda. Yang penting Kitab SAbdopalon pasti terwujut, kan semua orang kan percaya kitab? contoh Kitab qur'an, injil, weda dll. masak kitab kita Sutasoma, Sabdopalon buatan Leluhur sendiri tadak dipercaya? cobtoh lagi Jepang, di abad modern masih percaya Raja/Tenohaika turunan Matahari/Amaterasu' Majapahit simbulnya Matahari/Surya, jadi kita percaya Bhatara Surya/Matahari juga biarpun dimata islam dilarang memuja selain Allah. bukti yang muja Allah perang terus Palestina[islam] dan Israel[kristen]. yaaah. marilah kita jadi orang bodoh saja melihat kenyataan, berkatalah benar kalau memang benar, jangan pakai dalil kitab orang, pakailah dalil kitab-kitab kita sendiri peninggalan Leluhur yang terbukti bisa menyatukan Nusantara, sedang timur tengah sampai detik ini belum bersatu pahamnya, ada Arab Wahabi, Siah, Suni, taliban dll. Ramalan Sabdopalon sedang berjalan, Puri Surya Majapahit mengadakan Odalan, ngenteg linggih, caru dll. 9 september 2009. harusnya di jawa Trowulan tapi dilarang Pura ditutup dilarang kegiatan ritual, dan kegiatan dalam bentuk apapun oleh Adat Arab yang diwakili Pemerintah R.I. ironis, tapi kita maklum Bung Karno Pendiri R.I penggali Pancasila Tewas dalam tahanan R.I yang didirikannya. sekali lagi ironis bangsaku. Bagimu Negri jiwa raga kami {bukan bagi arab lho} Pepatah: Ayam mati di padi : Negara subur makmur rak'yat mati kelaparan, makan nasi jemur. Gajah didepan mata tidak kelihatan {negara subur makmur, ajaran adiluhung, adat budaya, kitab-kitab sendiri} tidak kelihatan, Kuman disebrang lautan{adat budaya arab, kitab-kitab import, negri kering krontang} tampak jelas. tulisan ini bukan mengada-ada tapi kasus nyata, yang dialami anak bangsa negri ini. sekali lagi cocntoh: Ingin melaksanakan budaya sendiri Memuja Leluhur ditanah sendiri Trowulan dilarang Coba ingin Odalan, caru nyuguh Leluhur sendiri malah diserbu, di bom gagal malah ditutup[SKB] ini nyata, bukan dongeng. sampai diundang ke Bali dan Sekarang bisa odalan di Pura Ibu Majapahit Puri Gading Jimbaran 9-9-'09 . Padahal Leluhur Majapahit itu di Jawa Candi-Candi nya biarpun roboh dan sudah dibuatkan di Puri Surya Majapahit Trowulan. Majapahit tinggal Bali yang bisa Odalan. Orang nyekar ke Makam para Syeh, wali pokoknya islam bebas, lha ngupacarai Leluhur yang belum kenal islam dilarang, jadi tanah ini milik islam ya? Aneh tapi Nyata. Padahal Nusantara ini kan Indonesia bukan arab. {uneg-uneg, jeritan, kata hati para pendukung Majapahit biarpun dianggap angin} ini pada ngayah mau odalan Leluhur pada 9 september 2009 ini pemberitahuan, harus iklas, dan menghormati Leluhur bila mau datang, kami juga tidak ingin didatangi orng yang tidak tulus dan iklas. {ditulis Gusti Heker}

My Blog List

Text Widget

Text Widget